tirto.id - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, di Stasiun KA cepat Halim sudah disediakan sebanyak 55 area komersial. Namun, 55 area komersial tersebut ternyata belum cukup, dan saat ini permintaannya bahkan mencapai 76.
“Kami ini punya 55 area komersial di Stasiun Halim, dan saat ini yang minat 76, artinya kita over demand, belum lagi naming right belum lagi ini tempat komersial area yang di sebelah selatan ini, ya ini 2,6 hektar sudah ada 4 yang berminat untuk mengembangkan kawasan properti," ucap Dwiyana di Stasiun KA Cepat Halim, Jakarta Timur, Sabtu (12/8/2023).
Ia menambahkan, “Memang bukan TOD ya, kalau TOD mungkin 200 hektare ini hanya 2,6 hektare artinya kami akan berdasar sama dengan siapapun mitra untuk mengembangkan properti yang mendukung pelayanan stasiun apakah itu nanti perkantoran, hotel, rumah sakit.”
Selain itu, terkait dengan adanya ancaman dari Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) ini yang dapat mematikan kondisi transportasi umum, seperti salah satunya adalah KA Argo Parahyangan. Namun, menurut Dwiyana, hal itu tidak akan terjadi, karena tarif yang diusulkan sebesar Rp250 ribu itu tidak jauh berbeda dengan tarif KA Argo Parahyangan.
“Tiga tahun ini diusulkan untuk diskon tarif Rp250 ribu sama seperti Kereta Api Argo Parahyangan," ucap Dwiyana.
Menurut Dwiyana, penentuan tarif yang sama dilakukan agar para penumpang bakal memilih apakah naik kereta cepat atau tetap dengan KAI.
“Mungkin yang sesuai perjalanannya dengan KAI silakan pakai KAI. Rp250 ribu itu untuk kelas II ya," bebernya.
Selain itu, dengan dibuatnya KCJB ini, menurut Dwiyana, agar para pengendara mobil pribadi yang sebagian besar menggunakan jalan raya, khususnya tol dapat beralih ke transportasi umum kereta cepat ini. Dan juga hal ini diharapkan dapat mengurang kemacetan di jalan tol hingga mengurangi polusi.
“Terutama memang kita ingin mengalihkan penumpang jalan tol karena kereta cepat ini kan benar-benar memiliki satu misi di samping masalah polusi yang minim, tapi juga bagaimana kita bisa mengurangi traffic jam yang ada di jalan tol terutama di hari-hari weekend ataupun di jam-jam sibuk," ucapnya.
“Sehingga memang kita sangat mengharapkan terjadi peralihan itu shifting-nya benar-benar dari jalan tol ke kita baik yang mereka menggunakan private transport maupun public transport," sambungnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Abdul Aziz