Menuju konten utama

Kasus Video Rasis, Pentingnya Pasar Cina Bagi Dolce & Gabbana

"Dolce & Gabbana tidak dapat bertahan tanpa pasar Cina"

Kasus Video Rasis, Pentingnya Pasar Cina Bagi Dolce & Gabbana
Perancang busana Stefano Gabbana, kiri, bersama aktris Monica Bellucci dan model Marpessa Hennink setelah peragaan busana koleksi musim semi & musim panas Dolce & Gabbana di Milan Fashion Week, Itali (16/6/18). AP Photo/Luca Bruno

tirto.id - Pendiri rumah fesyen Italia Dolce & Gabbana (D&G )meminta maaf kepada warga Cina terkait video komersial yang dituding rasis. Video tersebut memperlihatkan seorang perempuan Asia berada di dalam sebuah restoran dan hendak menyantap sejumlah menu masakan Italia menggunakan sumpit.

Unggahan video iklan di media sosial D&G ini mengundang protes dari warga Cina. Namun protes itu ditanggapi Gabbana dengan mengunggah "orang Cina adalah pemakan anjing" lewat pesan langsung di Instagram. Meski tak lama kemudian ia mengatakan akun Instagramnya dibajak.

"Kami tidak akan pernah melupakan pengalaman ini, dan itu pasti tidak akan pernah terjadi lagi," kata Gabbana, dikutip dari AP News Senin (26/11/2018).

Akibat video rasis itu, D&G membatalkan jadwal peragaan busana di kota Shanghai. Toko online Yangmatou menarik 58.000 produk D&G yang hendak dijual. Brand ambassador Dolce&Gabbana Asia Pasifik, Karry Wang mengungkapkan mengahiri kerja sama dengan merek Italia itu.

Ini bukan pertama kalinya perusahaan meminta maaf kepada warga Cina, dan itu pasti tidak akan menjadi yang terakhir. Mercedes-Benz pada Februari lalu juga meminta maaf karena menampilkan kutipan oleh Dalai Lama di akun Instagram-nya.

Dolce & Gabbana masuk ke pasar Cina dengan mendirikan satu butik di Hangzhou pada tahun 2005. Kini Dolce & Gabbana sudah memiliki 44 butik di seluruh Cina. Kasus video komersial ini disebut bisa menandai akhir dari pertumbuhan Dolce & Gabbana di pasar Cina.

"Saya pikir itu akan menjadi mustahil selama beberapa tahun ke depan bagi mereka untuk bekerja di Cina," kata Cary Cooper, profesor dari Manchester University di Inggris.

“Ketika Anda melanggar kode budaya semacam ini, maka Anda dalam masalah.”

Hal ini bisa mengguncang "kesehatan" keuangan Dolce & Gabbana. Asia khususnya Cina merupakan kunci keberhasilan merek mewah Eropa. Studi terbaru Konsultan Baik mengungkapkan sepertiga pembelian barang mewah dunia berasal dari Cina.

Namun menurut laporan AP News, pembelian barang mewah d Cina akan terus tumbuh 46 persen pada 2025 atau sekitar 365 miliar euro (412 miliar dolar AS) terutama didorong oleh generasi milenial dan generasi Z.

Menurut laporan Statista, pendapatan di segmen Luxury Fashion di Cina mencapai 4,69 triliun dolar AS pada tahun 2018 dan pasar terbesar yakni pada pakaian mewah dengan volume pasar sebesar 3,09 triliun dolar AS pada tahun 2018.

"Tanpa Cina, pertumbuhan D&G akan melemah dan terancam dieliminasi," majalah bisnis Cina New Fortune mengatakan dalam sebuah posting media sosial, Minggu (25/11/2018).

“Ini adalah salah satu alasan utama mengapa D&G akhirnya meminta maaf. Mereka benar-benar tidak dapat bertahan tanpa pasar Cina."

Baca juga artikel terkait DOLCEGABBANA atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Bisnis
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora