Menuju konten utama

Kasus Polio di Aceh Naik, Kemenkes Gencarkan Imunisasi

Selain cakupan imunisasi polio yang rendah, Kemenkes temukan faktor perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penduduk yang masih kurang di Aceh.

Kasus Polio di Aceh Naik, Kemenkes Gencarkan Imunisasi
Sejumlah warga mengikuti kampanye basmi penyakit polio di area 'car free day' (CFD) Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (27/10/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan ada sebanyak 415 kabupaten/kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Provinsi Aceh. Oleh karena itu, pemerintah mengklaim bakal menggencarkan upaya imunisasinya.

“Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV (oral polio vaccine) dan IPV (inactivated polio vaccine) memang seluruh Indonesia rendah terutama saat pandemi COVID-19,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu lewat rilis Kemenkes, dikutip Minggu (20/11/2022).

Maxi menuturkan pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh berdasarkan penelusuran real time polymerase chain reaction (RT-PCR). Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tingkat Kabupaten Pidie.

Maxi menerangkan bahwa pasien tersebut berusia tujuh tahun dua bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri.

Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober 2022, lalu tanggal 18 Oktober 2022 masuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Teungku Chik Ditiro (TCD) Sigli. Pada tanggal 21-22 Oktober 2022, dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November 2022, hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.

Dia menyebut anak itu mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri, tidak memiliki riwayat imunisasi, serta tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan.

“Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat, nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya,” ujar Maxi.

Dari penyelidikan epidemiologi, lanjut dia, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penduduk yang masih kurang.

Masih ada penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.

Maxi pun mengatakan bahwa Tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pidie bersama dengan Dinkes Provinsi Aceh, Kemenkes, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Children's Fund/UNICEF) sudah melakukan sejumlah tindakan penting termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus, pengambilan sampel tinja di wilayah terdampak untuk dilakukan pemeriksaan, serta memeriksa sampel air di tempat pembuangan dan survei cepat cakupan imunisasi.

Selanjutnya, ujar dia, akan segera dilakukan tindakan pencegahan penularan lebih luas dengan meningkatkan notifikasi tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas kesehatan (faskes) guna mendeteksi adanya kasus lumpuh layuh lain, untuk segera ditindaklanjuti secara medis maupun epidemiologis.

Selain itu, akan dilakukan pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh sebanyak dua putaran yang direncanakan bakal dimulai pada 28 November 2022 mendatang.

“Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin bagi anak-anak sesuai jadwal, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Maxi.

Baca juga artikel terkait POLIO atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Bayu Septianto