tirto.id - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan bahwa polio merupakan ancaman nyata untuk Indonesia.
“Jadi terkait polio, ini harus menjadi pengingat serius dan harus direspons juga sangat serius karena ancamannya nyata untuk Indonesia,” kata dia ketika dihubungi Tirto pada Senin (12/9/2022).
Lanjut Dicky, meskipun sejak tahun 2014 Indonesia dinyatakan bebas polio oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO/World Health Organization), tetapi banyak daerah di negeri ini yang masih dalam kategori berisiko tinggi.
“Sebagai tambahan, terkait polio ini, oleh WHO bahkan di awal pandemi (COVID-19) 2020 sudah dimasukkan dalam kategori yang berisiko tinggi ya Indonesia. Karena hampir 50 persen kabupaten/kota dalam risiko tinggi, karena cakupan dari imuninasi dasar yang rendah,” ungkap dia.
Dicky menuturkan, saat itu terdapat 23 provinsi di Indonesia yang dinyatakan berisiko tinggi ditemukannya kasus polio oleh WHO. Oleh karena itu, pemerintah harus segera merespons hal ini dengan peningkatan imunisasi dasar, misalnya dengan menggelar pekan imunisasi nasional.
“Kita sebenarnya sudah melakukan itu (pekan imuninasi nasional) berkali-kali ya, tapi tetap kurang saja. Karena threshold-nya (ambang) untuk terjadinya herd immunity (kekebalan kelompok) untuk polio, itu harus 95 persen dari total khususnya populasi,” jelas dia.
Lebih lanjut Dicky, minimal Indonesia memperoleh threshold sebanyak 90 persen dari total populasi, termasuk anak-anak yang perlu diberikan imuninasi dasar lengkap dan mendapatkan vaksin polio sebanyak empat kali.
“Nah ini yang kita harus betul-betul kejar, karena itu berbahaya ya kalau tidak,” ucap dia.
Dicky menerangkan, virus polio ini masuk ke tubuh atau menginfeksi seseorang itu melalui mulut. Lalu virus tersebut turun dari tenggorokan dan ke saluran usus atau saluran pencernaan dan virus itu menginfeksi saluran cerna serta berkembang biak di sana.
“Nah pada beberapa kasus, si virus ini bisa masuk aliran darah dan menginfeksi sistem saraf pusat. Itu yang akhirnya membuat otot lemah ataupun bahkan terjadi paralisis atau kelumpuhan,” tambah dia.
Menurut Dicky, penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi atau vaksinasi akibat masa pandemi COVID-19, ini akan dapat muncul kembali. Di mana jika tidak segera dimitigasi dengan pemberian penguatan imunisasi dasar, ini akan menjadi potensi bencana kesehatan tambahan bagi Indonesia.
“Kita harus segera bergerak,” tandas dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri