Menuju konten utama

Kasus Mega Suryani & Penjelasan Mengapa Suami Tega Bunuh Istri?

Mengapa suami tega membunuh istrinya seperti di kasus Nando Kusuma Wardana dan Mega Suryani Dewi?

Kasus Mega Suryani & Penjelasan Mengapa Suami Tega Bunuh Istri?
Ilustrasi Mayat. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Nama Nando Kusuma Wardana menjadi headline sejumlah media setelah tega membunuh istrinya, Mega Suryani Dewi, pada 7 September 2023.

Kejadian sadis itu Nando lakukan di kontrakan, yang beralamat di Cikedokan RT 01/RW 04, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi.

Nando menggorok leher Mega (24 tahun) dengan pisau, bahkan disaksikan di depan dua anaknya yang masih balita.

Mayat Mega baru ditemukan dua hari setelah pembunuhan, setelah kedua orang tuanya berkunjung ke kontrakan.

Kala itu, Mega ditemukan di atas kasur, tubuhnya ditutupi dengan selimut. Kini pelaku pembunuhan sudah diamankan oleh pihak kepolisian dan ditahan di Polsek Cikarang Barat.

Apa Penjelasan Sains dalam Kasus Suami Tega Bunuh Istri?

Kasus Nando yang secara sadis membunuh Mega banyak membuat khalayak bertanya-tanya, mengapa seorang suami tega menghabisi nyawanya sendiri?

Psychology Today pernah memuat penelitian dari kacamata sains terkait mengapa seseorang tega membunuh kekasihnya sendiri. Namun, kasus ini berbeda dengan apa yang dialami Mega Suryani Dewi.

Aaron Ben Zeéy, mantan Rektor Universitas Haifa, menyatakan korban kasus pembunuhan yang dilakukan pasangan romantis di Amerika adalah perempuan. Tesis itu Ben sampaikan dalam buku berjudul The Arc of Love: How Our Romantic Lives Change Over Time.

Sebab, dari banyaknya kasus pembunuhan, 40 persen korban merupakan perempuan. Sementara korban laki-laki hanya 6 persen.

Ben juga mengungkapkan, rumah yang disebut paling aman dan nyaman, justru menjadi tempat paling sering membuat perempuan atau pasangan terancam nyawanya, karena sering terjadi kekerasan, bahkan pembunuhan.

Dalam banyak kasus, kata Ben, pembunuhan yang dilakukan laki-laki terhadap pasangannya terjadi setelah perempuan berniat mengakhiri hubungan, atau menyampaikan niatnya untuk berpisah.

Sedangkan sebagian besar pembunuhan yang dilakukan wanita terhadap kekasih laki-lakinya terjadi karena reaksi atas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang parah, kata Ben.

Menurut dia, mayoritas kasus pembunuhan yang dilakukan pria menyatakan bahwa mereka melakukan tindakan sadis itu karena cinta, dan akibat terlalu mencintai.

Akan tetapi, kasus pembunuhan istri tidak mengungkapkan cinta mendalam, melainkan jenis model cinta yang bermasalah dan kejam.

Cinta, kata Ben, adalah pangkal dari kesengsaraan orang karena melibatkan banyak kekecewaan dan harapan yang tidak terpenuhi.

Di sisi lain, Psychology Today menuliskan, kasus pembunuhan terhadap istri tidak bisa dipahami sebagai hilangnya kendali seorang laki-laki, karena merupakan tindakan sengaja dari kematangan emosi yang membuat mentalnya siap membunuh.

Hal itu juga bisa dibilang sebagai tindakan keputusasaan yang mendalam dan siap menghancurkan orang lain, bahkan menghancurkan dirinya sendiri.

Dalam banyak kasus, cinta pelaku pembunuhan, yakni laki-laki adalah pasangan yang lemah. Istrinya adalah sosok yang mandiri, stabil dan kuat, sedangkan laki-laki lemah dan kurang kendali.

Sang laki-laki berpikir bahwa pasangannya adalah sumber kekuatannya, memberinya perasaan harga diri dan bergantung kepadanya. Untuk itu sang laki-laki merasa harus mengendalikan pasangannya.

"Ketika saya bergantung padanya, itulah saya, ketika saya memperbudak diri saya pada situasi seperti itu, saya percaya bahwa saya tidak dapat berfungsi jika saya tidak terhubung dengannya," ungkap seorang pembunuh.

"Saya menggunakan dia [perempuan] sebagai sumber keberadaan, karena saya tidak punya apa-apa lagi."

Sarah Marshall artikel berjudul "Why do men kill their families? Here’s what the research says" menuliskan, seringnya perempuan menjadi korban pembunuhan sebagai bentuk dari femicide atau kejahatan berbasis gender.

Femicide merupakan sebuah tindakan kekerasan berbasis gender yang didorong oleh dimensi sosial dan struktural gender. Ini berarti gender memainkan peran penting dalam hal siapa yang melakukan kekerasan dan siapa yang menjadi sasaran.

Baca juga artikel terkait MEGA SURYANI DEWI atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Hukum
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto