Menuju konten utama

Karena Patah Hati Itu Menjual

Di antara timbunan musik hip hop dengan lirik minimal, lagu-lagu patah hati seperti yang dibawakan Adele laku keras. Sejak era lagu "Love Hurts", lagu patah hati memang menjual.

Karena Patah Hati Itu Menjual
adele.foto/http://www.billboardmusicawards.com/2016-finalists/

tirto.id - Empat orang lelaki ini gondrong dan brewokan. Macho. Vokalisnya berambut keriting, sebahu. Dia membalutkan sehelai scarf di lehernya. Bagi mereka yang baru pertama kali melihat video ini, mungkin akan menganggap mereka akan memainkan lagu cadas dan cepat. Macam Zeppelin atau Deep Purple. Musik dimulai.

"Love hurts, love scars, love wounds and marccchhhh"

Ealah. Ternyata para rocker ini nyanyi lagu patah hati. Tembang "Love Hurts" sejatinya ditulis oleh pasangan penulis lagu yang merupakan suami istri, Felice dan Boudleaux. Lagu ini pertama kali direkam oleh The Everly Brothers pada 1960. Namun Nazareth, band asal Skotlandia yang dibentuk pada 1968, yang berjasa mempopulerkan lagu ini ke seluruh dunia. "Love Hurts" kemudian menjadi lagu patah hati yang paling populer, bahkan hingga sekarang.

Sewaktu dibawakan oleh Nazareth, lagu ini berhasil menjadi pemuncak tangga lagu di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, juga Belanda. Lagu ini juga berjasa membuat album Hair of The Dog melambungkan nama Nazareth ke seluruh dunia dan terjual sebanyak 2 juta keping.

Setelah Nazareth, ada beberapa musisi yang membawakan ulang lagu ini dengan interpretasi masing-masing. Mulai dari Cher, hingga Rod Stewart. Ketika dibawakan oleh Rod untuk album Still the Same... Great Rock Classic of Our Time, lagu ini berhasil kembali menjadi nomer satu di Billboard 200.

Lagu "Love Hurts" ini memang sempurna betul menggambarkan patah hati dan luka yang ditorehkan oleh cinta dengan berbagai metafora.

"Love is like a flame, it burns you when it's hot," Dan McCafferty, vokalis Nazareth, nyanyi sambil mimbik-mimbik.

Sejatinya sindrom patah hati sudah mulai diperbincangkan sejak ribuan tahun lalu. Menurut Naomi Eisenberger, Associate Professor di jurusan Social Psychologi UCLA, ketika patah hati, bagian di otak yang merespon rasa sakit menjadi aktif. Ia meningggalkan jejak emosional—marah, kecewa, cemas, sakit. Secara naluriah, manusia selalu mencari sekondan, pasangan, dan selalu takut pada semua bentuk perpisahan.

"Penting diketahui, bahwa rasa sakit karena kehilangan atau perpisahan adalah bagian alami dari umat manusia. Dan cara paling ampuh menyembuhkan patah hati adalah menerima rasa sakit itu, dan menjadikan rasa sakit itu sebagai motivasimu," kata Skip Johnson, penulis di BPDFamily, sebuah kelompok yang menangani berbagai personality disorder.

Kata kunci dari perkataan Skip adalah: rasa sakit dan motivasi.

Musisi adalah jenis orang yang bisa menjadikan rasa sakit menjadi motivasi. Dan uang, tentu saja. Dalam sejarah musik populer, tema yang tak pernah lekang hanya ada dua: cinta dan patah hati. Jika Nazareth sudah menyanyikan sakitnya patah hati sejak tahun 70-an, perasaan yang sama ternyata masih relevan hingga puluhan tahun kemudian.

Infografik Musisi dan Patah Hati

Pada 2009 awal, Adele Laurie Blue Adkins menjalin hubungan serius pertamanya dengan seorang lelaki berusia 10 tahun lebih tua.

"Dia beberapa tahun lebih tua. Dia membuatku merasa hidup...dan membuatku merasa amat bergairah terhadap makanan, wine, film, sosiologi, sejarah, juga traveling. Dia membuka mataku terhadap begitu banyak hal," kata Adele suatu ketika. Dari kalimatnya yang begitu memuja pasangannya, jelas kalau Adele mabuk cinta.

Bagian yang paling tak enak dari mabuk adalah hangover. Mabuk cinta, bagian tak enaknya adalah patah hati. Hubungan cinta Adele pun kandas, diperkirakan pada awal 2010. Adele, yang saat itu baru beranjak usia 21, mengalami patah hati yang hebat. Tapi kemudian dia menjadikan patah hati sebagai inspirasi untuk penggarapan album keduanya.

Maka lahirlah 21, yang dirilis pada Januari 2011. Single pertama yang dipilih adalah "Rolling in the Deep", sebuah lagu patah hati yang iramanya membuat orang semangat. Walau ya tetap, liriknya meratap betul. Tapi yang membuat 21 kemudian meledak adalah single kedua, "Someone Like You". Rasa-rasanya, di abad 21 belum ada lagu patah hati yang sehebat dan semenyayat ini.

Lagi-lagi, meski berusaha kuat (simak bagian reff, "never mind I'll find someone like you") Adele tak bisa menyembunyikan perasaan hancur. Lagu ini pasti bisa menggambarkan perasaan banyak perempuan yang patah hati.

Terbukti, tema patah hati memang menjual. Dalam minggu pertama perilisan, album ini sudah terjual 208.000 keping, hanya di Britania Raya saja. International Federation of the Phonography Industry mengatakan bahwa 21 adalah album paling laris dalam 10 tahun terakhir. XL Records, label rekaman Adele, mengalami lonjakan kas gila-gilaan. Dari £3 miliar, menjadi £32 miliar, hanya dalam waktu 12 bulan saja.

Tak hanya Adele, generasi milenial punya beberapa nama musisi yang menjadi ikon patah hati. Mulai dari Taylor Swift—yang dikenal sebagai Queen of Break Up—Demi Lovato, Selena Gomez, hingga Halsey. Mereka semua dikenal karena lagu patah hati. Halsey, misalkan. Penyanyi ini merilis album debutnya Badlands, pada 2015. Salah satu single-nya adalah "Colors".

Pada minggu pertama penayangan video klipnya di Youtube, lagu ini sudah ditonton 4 juta kali. Sekarang, 8 bulan setelah diunggah, video "Colors" sudah ditonton 61 juta kali. Album Badlands sendiri, berhasil terjual 97.000 keping pada minggu pertama penjualan.

Pangsa pasar lagu patah hati akan terus ada, dan jumlahnya besar. Sederhana: karena patah hati, dan juga jatuh cinta, adalah sindrom yang dialami nyaris semua manusia. Lagu dan musik punya kekuatan semacam memberikan perasaan yang sama pada pendengarnya. Ketika seorang perempuan patah hati melihat mantan kekasihnya sudah menikah, dia akan menggemari lagu "Someone Like You", karena lagu itu bisa memberikan perasaan dimengerti, perasaan yang satu frekuensi.

Namun, tentu saja pengalaman mendengarkan musik akan berbeda antar kasus patah hati. Mereka yang patah hati sebab putus karena perbedaan agama, belum tentu merasa satu frekuensi dengan lagu patah hati yang menceritakan cinta kandas karena biaya. Karenanya, ada begitu banyak lagu patah hati dengan berbagai tema. Putus karena beda agama, putus karena perjodohan, putus karena pasangan selingkuh, putus karena bosan, hingga putus karena kekasihnya penyuka sesama jenis. Semua punya pangsa pasar masing-masing.

Pada akhirnya, generasi Milenial dan generasi setelahnya, masih akan menemukan lagu patah hati. Tema yang selalu ada sejak Frank Sinatra masih merintis karir di dunia musik. Adele pun masih setia menggunakan tema patah hati untuk musiknya, meski sudah empat tahun berselang sejak patah hatinya yang terakhir.

Apa boleh buat, patah hati memang menjual.

Baca juga artikel terkait LAGU atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani