tirto.id - Karakteristik Gen Z tengah menjadi perhatian publik X (Twitter). Generasi Z kerap dituding malas bekerja dan problematik.
Kreator konten Oza Rangkuti, menjadi sosok yang santer dirujak netizen usai mengeluarkan jokes atau bahan bercandaan yang justru disebut menyudutkan Generasi Z alias Gen Z.
Gaya bercanda selebgram sekaligus komika ini akhirnya menuai kontroversi. Namun tak jarang diantaranya yang menyetujui apa yang dikatakan Oza.
Isi percakapan antara Oza dan warganet tersebut membicarakan mengenai perilaku Gen Z dan karakteristik mereka yang ditemui di dunia nyata.
Beberapa komentar tampak menyudutkan, beberapa juga memberikan pandangan baru kenapa Gen Z sering dianggap pemalas, bisa jadi karena perbedaan tuntutan keadaan, dan lain sebagainya.
Lantas sebenarnya siapa Gen Z ini dan bagaimana karakteristiknya menurut penelitian terbaru?
Gen Z dari Tahun Berapa?
Melansir Britanica, kata Generasi Z alias Gen Z pertama kali digunakan yakni untuk mendeskripsikan orang yang lahir pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an. Lebih tepatnya, generasi yang kelahirannya dari tahun 1997-2012.
Anggota Gen Z disebut-sebut mulai marak ketika resesi besar di tahun 2007-2009 dan pada saat Pandemi Covid-19. Generasi ini tumbuh di era kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Di Amerika, Gen Z tumbuh di era iPhone hingga disebut pertama kali sebagai iGeneration dan Homelanders.
Secara umum, Generasi Z termasuk generasi yang paling beragam dalam berbagai demografi karena proses pertumbuhannya berada dalam lingkungan yang lebih beragam ketimbang generasi sebelumnya.
Akan tetapi, menurut catatan penelitian, akibat keberagaman tersebut, sekitar 16 persen Gen Z mengidentifikasi bahwa diri mereka merupakan bagian dari komunitas LGBTQ+.
Generasi Z juga disebut memiliki karakter yang mengarah ke menggeser dan menjauhi norma-norma gender. Gen Z terutama di Amerika diidentikan sebagai kelompok yang lebih cenderung tinggal di kota dan daerah metropolitan.
Berbeda dengan generasi milenial, Gen Z dilabeli sebagai generasi asli digital pertama dan menjalani hidupnya terhubung secara digital.
Hal tersebut kemudian disebut mempengaruhi karakteristik Gen Z terutama dalam hal interaksi dimana generasi ini lebih maju dalam hal penggunaan sosial media ketimbang milenial.
Sejumlah laporan mencatat bahwa anggota generasi Z alias Gen Z ini lebih pragmatis dan lebih cepat dewasa. Faktor yang mempengaruhinya tidak lain dari generasi X yang lebih simpati pada generasi penerusnya.
Karakteristik Gen Z Menurut Penelitian Terbaru
Di samping itu, menurut penelitian baru yang berafiliasi dengan Stanford, Gen Z disebut sebagai generasi yang tidak mengenal dunia tanpa internet, menghargai keragaman, hingga mampu menemukan identitas unik mereka sendiri.
Akademisi Stanford, Roberta Katz, sebut Gen Z adalah kelompok yang sangat kolaboratif yang sangat peduli dengan orang lain dan memiliki sikap pragmatis tentang cara mengatasi serangkaian masalah.
Temuan Katz berlandaskan pada saat ia dan rekannya melakukan wawancara terhadap 2.000 sampel dengan kriteria umur 18 dan 25 tahun di Universitas Stanford, Foothill College, dan Universitas Lancaster. Hasilnya, 120 sampel menampilkan karakteristik Gen Z.
Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan para akademisi terhadap perilaku maupun karakteristik Generasi Z, menunjukan kesamaan yakni adanya perilaku kolaboratif, pragmatis, hingga kepemimpinan yang tidak hirarkis.
Kendati demikian, generasi ini cenderung memiliki rasa cemas terhadap isu-isu yang diwariskan seperti perubahan iklim dan lainnya. Namun persoalan ini tidak terlalu mengganggu sebab Gen Z memiliki sikap pragmatis sehingga mengetahui hal apa yang harus dilakukan untuk mengatasi isu-isu tersebut terutama berkaitan dengan pekerjaan.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra