Menuju konten utama

Kapolri: Teror di Banyumas Terkait Kasus Tuban dan Lamongan

Kasus penyerangan dua polisi di Mapolres Banyumas pada Selasa kemarin ditengarai memiliki keterkaitan erat dengan kasus teror di Tuban dan penangkapan teroris di Lamongan beberapa hari sebelumnya.  

Kapolri: Teror di Banyumas Terkait Kasus Tuban dan Lamongan
Polisi membawa tersangka penyerangan Mapolres Banyumas di Polres Banyumas, Purwokerto, Banyumas, Jateng, Selasa (11/4/2017). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria.

tirto.id - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan kasus penyerangan dua polisi di Mapolres Banyumas pada Selasa kemarin, dengan pelaku M Ibnu Dar (22), terindikasi memiliki keterkaitan dengan penangkapan terduga teroris di Lamongan dan insiden teror di Tuban.

Penangkapan tiga terduga teroris di Lamongan, Jawa Timur, yakni Zainal Anshori, Hendis Efendi, dan Hasan terjadi pada Jumat, 7 April 2017. Sehari kemudian, enam terduga teroris menyerang pos polisi di Kecamatan Jenu, Tuban, Jatim dan akhirnya mereka tewas tertembak dalam kontak senjata dengan pasukan gabungan Polri dan TNI. Tiga hari setelahnya, insiden di Banyumas terjadi.

Menurut Tito, tiga kejadian ini terindikasi memiliki keterkaitan sebab melibatkan para terduga teroris yang diduga sama-sama berasal dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

"Kami duga ada hubungannya dengan peristiwa di Lamongan dan Tuban, terutama di Lamongan karena ada salah satu pimpinan JAD yang ditangkap," kata Tito di Jakarta, pada Rabu (12/4/2017) seperti dilansir Antara.

Pernyataan Tito tersebut merujuk pada penangkapan terduga teroris Zainal Anshori di Lamongan. Zainal diketahui merupakan pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Nusantara yang ditunjuk oleh tokoh ISIS di Indonesia Aman Abdurrahman. Adapun Aman kini dibui di Lapas Nusakambangan.

Tito mengimbuhkan Zainal diduga menjadi pihak yang memberikan instruksi kepada enam terduga teroris untuk menyerang polisi di Tuban bila dirinya tertangkap.

"Setelah penangkapan Anshori, ada perintah untuk semua sel JAD melakukan jihad sendiri-sendiri dengan targetnya kepolisian," kata Tito.

Selain itu, Tito menduga Ibnu Dar juga ingin membalas dendam karena pimpinannya, Zainal ditangkap dan beberapa rekannya terbunuh dalam kontak senjata dengan polisi di Tuban.

"Pimpinannya ditangkap, temannya meninggal sehingga dia melakukan pembalasan," ujar dia.

Berdasar hasil penggeledahan di rumah Ibnu Dar, Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah menyita sejumlah barang bukti. Diantara barang bukti tersebut, menurut Tito, ada bahan untuk pembuatan bom.

"Di rumahnya ditemukan rangkaian bom, ada upaya membuat bom panci,” kata Tito.

Tito juga menegaskan, “Dia (Ibnu Dar) bagian dari pendukung ISIS."

Ibnu Dar melakukan penyerangan ke dua polisi di Mapolres Banyumas, Jawa Tengah pada Selasa pagi, 11 April 2017. Saat itu, dengan mengendarai sepeda motor, dia masuk ke gerbang mapolres dan menabrak seorang polisi bernama Aiptu Ata Suparta. Setelah motornya jatuh, Ibnu Dar mengeluarkan parang dan membacok lengan Bripka Karsono yang berusaha menolong Suparta.

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono, mengatakan ada bukti Ibnu Dar sempat berkomunikasi dengan Karno (19), seorang terduga pelaku teror yang tewas di Tuban. Komunikasi itu via pesan SMS. Menurut Condro, Ibnu Dar dan Karno sama-sama berasal dari Kutasari, Kabupaten Purbalingga.

Selain itu, para pelaku teror di Tuban diketahui menjalin komunikasi secara intensif dengan sejumlah terpidana teroris yang mendekam di sejumlah LP di Jawa Tengah.

"Mereka berkomunikasi dengan yang ada di LP, dengan membesuk dan sebagainya," kata Condro.

Baca juga artikel terkait TERORIS atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hukum
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom