tirto.id - Kapolda Sulawesi Tenggara Brigjen Pol Merdisyam mengatakan investigasi kematian Randi (21) dan Muhammad Yusuf Qardawi (19) masih berjalan. Dia meminta masyarakat sabar menunggu.
"Proses sudah berjalan dan dilakukan secara terbuka. Kami berupaya keras hingga dapat mengungkap kasus ini," kata Merdisyam di Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (30/9/2019).
Yang sudah diperiksa tim investigasi Mabes Polri adalah komandan yang mengamankan demo. Sabtu pekan lalu, Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Harry Goldenhartd mengatakan pemeriksaan dilakukan secara "maraton"--tanpa menyebut jumlah pasti yang diperiksa.
Kedua tim ini bertugas mendalami dugaan kesalahan standar operasional prosedur (SOP) dalam demonstrasi yang berujung ricuh.
Setelah kejadian itu Kapolri Jenderal Tito Karnavian mencopot Brigjen Irianto sebagai Kapolda Sultra. Merdisyam menggantikannya.
Investigasi kematian dua mahasiswa ini adalah instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo. Meski demikian, Jokowi tidak memberi tenggat untuk itu. Sebelum ini polri juga berjanji menginvestigasi 9 korban meninggal dalam rusuh 21-22 Mei di Jakarta, dan sampai sekarang belum jelas hasilnya.
Desakan agar kasus ini segera diselesaikan pun cepat mengemuka. Para pegiat HAM bilang kasus ini mencoreng muka banyak petinggi aparat yang sempat berjanji tidak pakai pendekatan represif.
Desakan serupa, tentu saja, datang dari pihak keluarga.
Merdisyam mengatakan pada dasarnya "demo adalah hak warga" yang diatur dalam UU. Dia lantas menegaskan kembali soal larangan penggunaan peluru tajam dalam menangani unjuk rasa.
"Setiap kegiatan sudah diingatkan dan dilakukan pengecekan dari protap yang ada. Tidak sekalipun anggota dibekali oleh peluru karet atau peluru tajam," ujarnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Rio Apinino