Menuju konten utama
Harlah NU Hijriah dan Masehi

Kapan Harlah NU 2023 ke-100, 31 Januari atau 7 Februari?

Kapan harlah NU 2023 ke-100, 31 Januari atau 7 Februari? Berikut sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama.

Kapan Harlah NU 2023 ke-100, 31 Januari atau 7 Februari?
Logo harlah 1 abad NU. FOTO/storage.nu.or.id/

tirto.id - Nahdlatul Ulama (NU) merayakan harlah ke-100 pada 2023, berdasarkan kalender hijriah. Lantas, kapan peringatan hari lahir 1 abad NU? Apakah 31 Januari atau 7 Februari?

NU secara resmi dibentuk pada 31 Januari 1926. Tanggal tersebut bila dikonversikan dalam kalender hijriah jatuh pada 16 Rajab 1344 H. Sementara itu, usia organisasi Islam terbesar di Indonesia ini genap 100 tahun pada 16 Rajab 1444 H atau 7 Februari 2023 berdasarkan penanggalan masehi.

Puncak peringatan 1 Abad NU akan dilangsungkan pada 7 Februari 2023. Mengutip laman NU Online, Ketua Umum Pengurus Besar NU, K.H. Yahya Cholil Staquf mengatakan, tempat perhelatan puncak perayaan ada di Stadion Delta Sidoarjo. Kegiatan yang berkaitan dengan puncak peringatan bakal berlangsung 24 jam non-stop, dengan acara seremonial berlangsung pukul 07.00-10.30 WIB.

"Pada tanggal 16 Rajab 1444 Hijriah bertepatan dengan tanggal 7 Februari 2023. Kegiatannya akan dimulai pada tepat pukul 00.00 waktu setempat sampai pukul 12 malam hari berikutnya,” kata Gus Yahya, sapaan KH Yahya Cholil Staquf.

Acara yang berlangsung dalam puncak perayaan tersebut antara lain berisi ritual keagamaan, kuliner, bazar, hingga hiburan rakyat. Sejumlah pesohor juga akan bergabung untuk mengisi acara seperti Ustadz Erick Yusuf, Sayyid Zulfikar Basyaiban, Bimbim Slank, Ridho Slank, Addie MS, Denny Malik, Woro Widowati, dan Tohpati.

Sejarah Singkat Berdirinya NU

Sejarah NU berkaitan erat dengan kiprah K.H. Wahab Chasbullah dan K.H. Hasyim Asy'ari. Kedua tokoh Islam Nusantara tersebut merupakan pelopor berdirinya NU. Idenya dicetuskan oleh Kiai Wahab.

Kiai Wahab adalah murid dari Kiai Hasyim di Pesantren Tebuireng. Saat mulai menuntut ilmu ke Makkah pada 1908 atas perintah Kiai Hasyim, dia mulai banyak mendirikan organisasi seperti Nahdlatul Wathan dan Sjubbanul Wathan. Dia juga tercatat pernah bergabung dengan Sarekat Islam.

Suatu hari, Kiai Wahab punya pemikiran untuk mendirikan organisasi yang di dalamnya berisi para ulama. Mereka inilah yang nantinya memberikan dukungan bagi kepentingan lembaga pendidikan seperti pesantren yang tersebar di seluruh Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur. Kiai Hasyim adalah orang pertama yang dibisikkan ide ini.

Saat gagasan mendirikan organisasi ulama disampaikan secara terbuka dalam majelis Taswirul Afkar, ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Banyak ulama yang menolaknya. Perbedaan pendapat mewarnai perdebatan.

Namun, pendapat berbeda dikemukakan Kiai Hasyim. Dia justru memberikan persetujuan atas usul tersebut pada forum yang sama. Terlebih, saat itu sedang terjadi gejolak di Makkah terkait peralihan kekuasaan setelah penaklukan yang dilakukan Ibnu Saud.

Ibnu Saud memiliki pandangan berbeda dalam ideologi keislaman, yang menerapkan gerakan perubahan melalui pemurnian akidah dan kembali menerapkan pemahaman salafus shalih.

Ideologi tersebut turut dianut oleh kelompok Islam reformis yang kala itu tercermin dalam organisasi Al Irsyad dan Muhammadiyah. Sebagian praktik peribadatan dalam Islam tradisional dipandang menyelisihi sunah.

Konflik antara kelompok Islam reformis dan tradisional cukup meruncing kala itu. Kiai Hasyim dan para kiai lain selanjutnya bersepakat merasa perlu membentengi Islam Nusantara sebelum masuknya dekade ketiga abad 20.

Bertempat di rumah Kiai Wahab, para ulama dari kelompok Islam tradisional--utamanya yang berbasis di Jawa Timur--bersepakat membentuk organisasi Nahdlatul Ulama yang bermakna Kebangkitan Ulama. Organisasi ini menganut paham ahlussunnah wal jama'ah. Pembentukannya terjadi pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof