tirto.id - Masa pertumbuhan pada bayi merupakan masa yang paling krusial karena bayi masih membutuhkan banyak nutrisi sekaligus belum bisa menerima nutrisi tersebut dari makanan orang biasa pada umumnya.
Salah satu kadar nutrisi yang sering menjadi kebingungan bagi para orang tua adalah pemberian gula dan garam pada bayi. Termasuk apakah boleh gula dan garam dicampurkan ke dalam makanan pendamping ASI.
Pemberian asupan gula dan garam pada bayi tidak boleh sembarangan dan harus menyesuaikan dengan kebutuhannya.
Pemberian Gula pada Bayi
Dilansir dari laman RSUD dr. Leokmono Hadi, gula merupakan zat karbohidrat yang memiliki fungsi sebagai sumber tenaga.
Gula bebas dapat secara alami didapatkan pada beberapa bahan seperti sirup, jus, buah, dan madu.
Pemberian gula bertujuan untuk memberikan tambahan pemberian energi sehingga peningkatannya bisa signifikan tanpa perlu memberikan nutrisi yang lain.
Para peneliti menyarankan untuk menghindari makanan bergula (gula dari proses kimiawi) untuk bayi pada tahun pertama.
Hal ini disebabkan karena gula cenderung menurunkan nafsu makan bayi terhadap makanan yang lebih bergizi serta makanan bergula memiliki nilai gizi yang kurang baik atau rendah.
Menurut NHS, gula yang baik bisa didapatkan secara alami dari madu, buah, dan sayuran tanpa pemanis. Kadar gula yang disarankan tidak boleh lebih dari 5 persen energi/kalori.
Oleh karena itu, menurut laman My Little Moppet, bayi di bawah satu tahun bisa mengonsumsi gula melalui buah alami. Sementara setelah satu tahun bayi bisa mendapatkan asupan gula dengan diberikan madu.
Pemberian Garam pada Bayi
Garam merupakan bahan yang biasa digunakan untuk menambah rasa asin atau gurih pada masakan dan mengandung sodium. Pemberian garam pada bayi secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan.
Menurut Healthline, pemberian garam pada bayi dapat menimulkan masalah karena ginjal bayi masih belum berkembang sepenuhnya sehingga tidak bisa menyaring garam yang berlebih sebagaimana ginjal orang dewasa.
Oleh karena itu, pemberian garam pada bayi dapat menimbulkan masalah pada ginjal. Selain itu, pemberian garam juga bisa membuat bayi menjadi tidak nafsu makan terhadap makanan yang lebih bergizi dan berkadar garam rendah.
Sama efeknya seperti pada orang dewasa, pemberian garam pada bayi juga bisa meningkatkan risiko darah tinggi pada bayi ketika tumbuh menjadi anak-anak dan remaja, bahkan hingga memiliki risiko penyakit jantung ketika dewasa.
Pemberian garam juga sangat tidak disarankan pada bayi di tahun pertama. Setelah usia 1 tahun, garam bisa sedikit ditambahkan untuk menambah rasa.
European Food Safety Authority (EFSA) merekomendasikan sekitar 1,100 mg sodium per hari atau sekitar setengah sendok teh untuk anak usia 1-3 tahun.
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Yandri Daniel Damaledo