Menuju konten utama

Kapan Awal Musim Kemarau Tahun 2023 Sesuai Prediksi BMKG?

Kapan terjadi musim kemarau 2023? Bulan Maret-April-Mei 2023 diprediksi akan menjadi periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

Kapan Awal Musim Kemarau Tahun 2023 Sesuai Prediksi BMKG?
Warga mencari rumput untuk pakan ternak di dasar Sungai Jeroan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Senin (14/9/2020). ANTARA FOTO/Siswowidodo/wsj.

tirto.id - Musim kemarau 2023 diprediksikan BMKG (Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika)akan lebih kering dibanding tahun sebelumnya, yakni periode tahun 2020-2022.

Mengutip dari laman Media Center Temanggung, keadaan kemarau yang diperkirakan lebih kering dibanding 3 tahun terakhir ini akan mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semakin mudah terjadi. Berdasarkan adanya perkiraan ini diharapkan semua pihak dapat menyusun strategi antisipasi sejak dini.

Hasil perkiraan tersebut disampaikan oleh kepala BMKG. “Kalau tiga tahun terakhir ini saat musim kemarau masih sering terjadi hujan, maka di tahun ini, intensitas hujan akan jauh menurun," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di Jakarta, Jum'at (27/1/2023).

Ia menghimbau agar seluruh pihak meningkatkan kewaspadaan terutama daerah-daerah yang selama ini masuk dalam kategori rawan Karhutla seperti di Sumatera dan Kalimantan.

Kapan Musim Kemarau Tahun 2023 Terjadi Sesuai Prediksi BMKG?

Lantas, kapan terjadi musim kemarau 2023? Bulan Maret-April-Mei 2023 diprediksi akan menjadi periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau di sejumlah daerah.

Sebagaimana dikutip laman Pemkab temanggung, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan mengatakan, bahwa pada bulan Maret-April-Mei 2023 ini beberapa wilayah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau.

Ia juga menjelaskan, pada periode peralihan musim ini,Pemerintah Daerah dan masyarakat perlu mewaspadai kemunculan fenomena cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin puting beliung, petir, dan angin kencang. Menurutnya, meskipun periodenya singkat namun tidak jarang memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

Persiapan Musim Kemarau Panjang Tahun 2023 oleh BNPB

Strategi pencegahan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah disampaikan oleh BNPB. Dalam hal ini, BNPB mempertimbangkan adanya prediksi bahwa pada tahun 2023 curah hujan akan menurun dan Indonesia akan mengalami kondisi lebih kering daripada tiga tahun terakhir.

Melansir dari laman resmi BNPB, kepala BNPB, yakni Letjen TNI Suharyanto menyampaikan langkah–langkah persiapan musim kemarau panjang tahun 2023. Ia menyebutkan bahwa salah satu strategi untuk menangani kemarau panjang 2023 adalah berkoordinasi dengan kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah, menyiapkan operasi darat dan udara serta melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Strategi yang disusun oleh BNPB berfokus pada upaya-upaya pencegahan karhutla terutama pada wilayah-wilayah yang rawan terjadinya kebakaran. "Rencana 2023, kita akan menyiagakan lebih banyak helikopter, 49 unit helikopter. Jika masih kurang, BNPB akan berupaya memenuhi kebutuhan," pungkas Suharyanto.

Penyiapan helikopter oleh BNPB digunakan untuk patroli dan water bombing. Kemudian pihaknya akan melakukan teknologi modifikasi cuaca untuk merekayasa cuaca, termasuk menyiapkan dana siap pakai untuk operasional.

Selain itu, kepala BNPB turut mengimbau pemerintah daerah supaya menetapkan status kedaruratan karena BNPB belum bisa memberikan dukungan jika belum ada status tersebut.

Dana BNPB dapat mendukung masuk ke berbagai daerah dengan syarat jika daerah tersebut sudah ada status siaga darurat atau tanggap darurat.

Upaya pencegahan karhutla pada 2022 lalu dilakukan dengan menurunkan 55 unit helikopter water bombing dan 33 unit untuk patroli. Melalui upaya tersebut, luas lahan terbakar menurun dari 358.867 hektar pada tahun 2021 menjadi 204.894 hektar pada 2022.

Faktor alam turut berpengaruh terhadap turunnya luas lahan terbakar terutama disebabkan oleh kondisi cuaca pada tahun 2022 relatif lebih basah dibandingkan tahun 2021.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yulaika Ramadhani