Menuju konten utama

Kapal Sandera Abu Sayyaf Ditemukan di Perairan Malaysia

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan Kapal Tongkang Anand 12 yang dibajak oleh kelompok militan Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahad Datu.

Kapal Sandera Abu Sayyaf Ditemukan di Perairan Malaysia
Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi memberikan pernyataan pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, (29/3). Pernyataan pers terkait pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batubara dan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia di perairan Filipina. ANTARA FOTO/Suwandy

tirto.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyampaikan Kapal Tongkang Anand 12 yang dibajak oleh kelompok militan Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia, pada Senin (4/4/2016).

"Kapal saat ini berada di tangan Agensi Penguat Kekuasaan Maritim Malaysia atau APKMM untuk dilakukan uji forensik," kata Retno dalam pernyataan pers di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri di Pejambon, Jakarta, Selasa, (5/4/2016)

Kapal Tongkang Anand 12 bersama dengan Kapal Tunda Brahma 12 dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf. Namun, Kapal Tunda Brahma 12 telah dilepaskan terlebih dahulu di perairan Filipina pada akhir Maret lalu, dan sampai saat ini masih berada di tangan otoritas negara tersebut.

Mengenai Kapal Anand 12, Retno menggambarkan bahwa kapal dalam kondisi utuh saat ditemukan dan sudah ditarik ke Pelabuhan Lahad Datu untuk pemeriksaan forensik yang membutuhkan waktu sekitar tujuh hingga sepuluh hari.

Terkait lokasi perompakan dan penyanderaan yang berada di wilayah Malaysia, Retno mengatakan dirinya telah membuka komunikasi dengan Menlu Malaysia pada 31 Maret 2016 dan meminta kerja sama jika sewaktu-waktu diperlukan.

"Komunikasi dengan Menlu Malaysia terbukti sangat berguna dalam menindaklanjuti ditemukannya Kapal Tongkang Anand 12," kata Retno.

Akan tetapi, ia menambahkan bahwa kesepuluh Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) tidak berada di dalam kapal tersebut. Ini berarti mereka masih menjadi sandera Abu Sayyaf.

Pada pernyataan pers sebelumnya, Kamis (31/3), Retno mengatakan Pemerintah Indonesia telah mengetahui posisi dan kondisi kesepuluh ABK tersebut dan tengah berusaha membebaskan mereka dengan berbagai upaya.

"Sekali lagi saya tekankan, bahwa keselamatan kesepuluh ABK WNI adalah acuan utama kita," kata Retno. (ANT)

Baca juga artikel terkait ANAK BUAH KAPAL WNI atau tulisan lainnya

Reporter: Mutaya Saroh