tirto.id - Persaingan bisnis perhotelan yang ketat membuat PT Jakarta Tourisindo, BUMD yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata, harus bekerja ekstra keras. Tahun ini, perusahaan yang mengelola Hotel Grand Cempaka itu merugi Rp16 miliar lantaran pendapatannya menurun.
Direktur Utama (Dirut) Emeraldo Parengkuan mengatakan, kurang baiknya pelayanan serta infrastruktur membuat Hotel Grand Cempaka kalah bersaing dengan hotel-hotel lain yang ada di Jakarta. Apalagi, sejak tahun 2015, hotel tersebut mulai kehilangan pelanggan tetapnya yang rata-rata berasal dari kementerian dan instansi pemerintahan.
“Kalau kami kan pelanggan tatapnya dulu berasal dari kementerian, instansi pemerintahan atau dinas-dinas. Sejak 2015 sebelum saya masuk, kami sudah kehilangan mereka,” ungkapnya saat dihubungi Tirto, Sabtu (8/7/2017).
Menurutnya, ada banyak hal yang menyebabkan Jakarta Tourisindo kalah bersaing. Namun, ia menyebut bahwa hal tersebut bukan semata perkara manajemen melainkan juga masalah dana dan peraturan yang ada di Pemprov DKI Jakarta
Dalam hal pelayanan, misalnya, ia mengatakan bahwa dibutuhkan dana yang besar untuk meningkatkan kualitas dengan mengganti sumber daya manusia yang ada. Sebab, sebagian besar karyawan hotel Cempaka saat ini adalah orang-orang yang sudah berumur dan berstatus karyawan tetap.
“Waktu saya diwawancara sama Pak Ahok, beliau sudah bilang kalau perlu ganti saja karyawan-karyawan yang sekarang. Ternyata kan tidak semudah itu. Butuh banyak juga untuk membayar pesangon mereka waktu diberhentikan atau dipensiunkan dini,” kata Emeraldo menerangkan.
Parahnya lagi, rata-rata karyawan lama tersebut tidak memiliki basis ilmu di bidang perhotelan. Ia menyebut ada sekitar 580 pegawai yang bahkan belum bersertifikasi saat ia masuk ke jabatan direktur utama pada April 2016. Sementara, di hotel-hotel lain di Jakarta, pelayanan dilakukan secara maksimal dan dengan SDM yang lebih muda.
Lantaran itulah, ia mengatakan, yang bisa dilakukan olehnya hanya memberikan pelatihan dan motivasi kepada pegawai agar bisa bersaing dengan hotel lain dalam hal pelayanan.
Saat ini, kata dia, ada sekitar 200 karyawan yang sudah mendapat sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Hal itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 52 tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata.
“Akhirnya yang bisa dilakukan ya memberikan pelatihan. Saya terus kasih motivasi juga supaya mereka bisa bekerja lebih maksimal. Sampai saat ini kali sudah ada sekitar 200 yang sudah dapat sertifikat,” tuturnya.
Hal yang sama juga terjadi dalam hal perbaikan fasilitas hotel. Tidak adanya Penyertaan Modal Daerah (PMD) dari Pemprov DKI Jakrta, membuat direksi harus berpikir dua kali dalam melakukan inovasi dan melakukan peremajaan bangunan.
Sejak menjabat, ia mengaku telah berkali-kali meminta dana PMD dari Pemprov DKI. Namun, usaha untuk mendapatkan modal dari APBD tersebut belum kesampaian hingga sekarang. Padahal, dalam rapat evaluasi di komisi C DPRD, para anggota yang hadir menyarankan agar Jakarta Tourisindo meminta suntikan modal dari Pemprov.
“Saya sudah coba dari APBD-P 2016, APBD 2017 juga saya ajukan, dan di APBD-P sekarang saya juga sudah ajukan tapi belum ada kabar. Kami sadar diri juga karena biasanya modal itu kan diberikan pada BUMD yang ditunjuk kayak Jakpro, contohnya,” kata Emeraldo.
Di sisi lain, kata dia, pihaknya tidak dapat mencari suntikan modal dari partnership dengan swasta karena peraturan dari serta pencatatan aset di Pemprov tidak tercatat dengan baik. Kendati demikian, pihaknya tetap berusaha melakukan perawatan serta peremajaan terhadap beberapa fasilitas yang ada di Grand Cempaka.
Ia mengatakan, tahun ini pihaknya mengeluarkan dana sebesar 7 miliar untuk merenovasi beberapa kamar dan memperbaiki beberapa fasiltas yang rusak. “Beberapa kamar kemarin kami renovasi. Ada sekitra 30 kamar untuk sementara. Kami lakukan bertahap,” katanya menambahkan.
Untuk menarik konsumen, Emeraldo juga berinovasi dengan memasang interior bernuansa betawi di beberapa kamar, lorong, dan ruang hotel. Tak hanya itu, setiap hari pihaknya juga menampilkan kesenian budaya Betawi untuk menemani para tamu yang datang.
"Kita buat hampir seluruh hotel di sana bernuansa Betawi. Ini jadi ciri khas yang unik dan kuat. Kalau kita ke Bali kan kental sekali budaya Balinya. Nah kami mau bersaing di Jakarta kalau tamu masuk dan menginap di hotel Grand Cempaka, mereka menikmati budaya Betawi mulai dari lobi sampai kamarnya,” imbuhnya.
Emeraldo juga menyampaikan bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan Bamus Betawi untuk mendirikan Rumah Souvenir di Hotel Grand Cempaka. Hal itu dimaksudkan agar para pengunjung dapat memperoleh souvenir tanpa harus mencarinya di tempat lain.
“Kita juga sudah buat memorandum of understanding (MoU) dengan Bamus Betawi untuk ada Rumah Sovenir Betawi di sini. Nanti itu juga bisa jadi pemasukan buat kami dan membantu pelestarian budaya Betawi,” paparnya.
Seperti diketahui, sebelumnya beberapa pejabat DPRD DKI Jakarta meminta agar seluruh BUMD dievaluasi saat gubernur-wakil gubernur Jakrta terpilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjabat.
Ketua komisi C DPRD Santoso mengatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi DPRD, banyak BUMD yang memang harus diperbaiki pengelolaan serta diganti jajaran direksinya. Dari 27 BUMD, ia menilai PT. Jakarta Tourisindo merupakan salah satu BUMD yang bermasalah secara keuangan dan pengelolaan.
Beberapa kali, kata dia, DPRD juga telah meminta pemerintah untuk melakukan langkah-langkah guna perbaikan kinerja dan penyelamatan kedua BUMD tersebut. "Kita minta Pemda lakukan evaluasi direksi dan komisaris Jakarta Tourisindo untuk diganti,” ujarnya kepada Tirto, Sabtu (8/7/2017).
Menanggapi hal tersebut, Emeraldo mengaku siap dengan segala keputusan yang akan diambil oleh gubernur terpilih di masa yang akan datang. Ia mengatakan, yang terpenting adalah dirinya telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan perbaikan manajemen di PT. Jakarta Tourisindo.
“Dulu setelah fit and proper test, saya diminta Pak Ahok dan saya pelajari betul seperti apa kondisinya. Saya ini kan background-nya memang perhotelan, jadi menurut saya pengelolaan Jakarta Tourisindo ini dari dulu kurang mendapat perhatian. Pelan-pelan kami coba terus lakukan perbaikan,” jelas Emeraldo.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari