Menuju konten utama

Jutaan Warga Yaman Hadapi Krisis Pangan Saat Ramadan

Penduduk Yaman harus menjalankan ibadah puasa Ramadan di tengah ancaman krisis pangan dan bencana kelaparan.

Jutaan Warga Yaman Hadapi Krisis Pangan Saat Ramadan
Saida Ahmad Baghili, 18, penderita malnutrisi akut, duduk di kasur di rumah sakit al-Thawra di pelabuhan Laut Merah kota Hodeidah, Yaman, Senin (24/10/2016). ANTARA FOTO/REUTERS/Abduljabbar Zeyad/File Photo.

tirto.id - Perang yang berkecamuk selama dua tahun terakhir di Yaman menyebabkan jutaan penduduk negara tersebut menjalankan ibadah puasa Ramadan pada 2017 di tengah ancaman bencana kelaparan.

Laporan dari sejumlah lembaga pemberi bantuan di Yaman mencatat setidaknya ada 17 juta warga negeri tersebut yang kini menghadapi krisis pangan.

Pada umumnya, umat muslim akan ramai-ramai berbelanja makanan saat Ramadan, tapi di Yaman, banyak toko malah sepi pembeli. Situasi terparah salah satunya ada di Kota Hodeidah, daerah pesisir barat Yaman,

“Penjualan merosot lebih buruk dibanding tahun lalu. Setiap tahun selalu lebih buruk ketimbang sebelumnya,” kata Yahya Hubar, penjaga toko di Kota Hodeidah sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Akibat krisis pangan ini, banyak penduduk Yaman tak lagi berharap bisa berbuka puasa dengan makanan spesial selama menjalankan puasa Ramadan pada tahun 2017.

“Situasi kami sangat berat. Kami tak memiliki pendapatan sejak beberapa bulan lalu. Kebutuhan pokok sulit dicari dan harganya juga tinggi. Kami perlu kebutuhan yang tak bisa kami beli,” ujar Nabil Ibrahim, warga Kota Hodeidah lainnya.

Seorang pekerja sosial di Yaman, Sadeq Al Saeedi mengatakan penduduk di Kota Hodeidah harus menyambut Ramadan dengan kondisi tanpa pendapatan, kesulitan pangan dan aliran listrik padam.

“Penduduk di Kota Hodeidah hidup dalam kondisi tragis. Ramadan datang saat mereka tak memiliki pendapatan, tak ada listrik, tak ada air hangat, dan di tengah blokade pada masa perang,” kata Sadeq.

Perang menyebabkan banyak populasi di Yaman memiliki akses sangat terbatas terhadap kebutuhan pangan dan obat-obatan. Yaman kini menjadi salah satu negara paling miskin di Timur Tengah.

PBB melaporkan konflik bersenjata antara pemberontak Houthi dan tentara koalisi Arab Saudi yang berkepanjangan telah menyebabkan 10 ribu korban jiwa dan membawa krisis pangan di Yaman. Perang juga membuat kualitas fasilitas kesehatan memburuk sebab banyak rumah sakit hancur akibat bom.

Belum lagi, pada awal Mei tahun ini, pemerintah Yaman menetapkan situasi darurat akibat wabah kolera di Sanaa, ibu kota yang kini ada di bawah kendali Houthi. Wabah ini telah menelan puluhan korban jiwa dan mendorong Pemerintah Yaman meminta bantuan lembaga-lembaga internasional.

PBB pernah mengumumkan membutuhkan 2,1 miliar dolar AS untuk mengirim bantuan ke Yaman. Namun, hanya separuh dari kebutuhan dana itu yang bisa dipenuhi.

Pada akhir 2016 lalu, Unicef merilis data hampir 2,2 juta anak-anak di Yaman mengalami malnutrisi dan memerlukan penanganan mendesak. Sekitar 462.000 anak-anak di sana menderita malnutrisi akut. Jumlah itu naik 200 persen dibanding data 2014. Sementara 1,7 juta anak-anak lainnya mengalami malnutrisi level sedang.

Unicef mencatat wabah malnutrisi di kalangan anak-anak Yaman ini yang terparah terjadi di Kota Hodeida, Sa`ada, Taizz, Hajjah, dan Lahej. Sa`ada misalnya, kini tercatat sebagai kawasan dengan tingkat kasus stunting terparah di dunia. Di sana 8 dari 10 anak-anak mengalami malnutrisi.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom