tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menemukan 60 titik panas (hot spot) yang terdeteksi satelit di wilayah tersebut.
"Pagi ini [Selasa (24/10/2017)], titik panas melonjak drastis jadi 60 titik. Padahal kemarin hanya 16 titik," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Blang Bintang Zakaria melalui sambungan telepon di Kutacane, Aceh Tenggara, Selasa (24/10/2017).
Ia mengungkapkan bahwa 60 titik panas itu tersebar di 12 kabupaten/kota di provinsi yang berada paling ujung Utara dari Pulau Sumatera.
Sebanyak 16 titik panas itu di antaranya berada di Nagan Raya terdiri dari dua kecamatan yakni Darul Makmur 12 titik, dan Kuala empat titik.
Kemudian, di Aceh Barat sebanyak 15 titik panas di empat kecamatan yaitu Johan Pahlawan delapan titik, Sama Tiga empat titik, Kaway Enam Belas dua titik, dan Arongan Lambaek satu titik.
Selanjutnya, di Aceh Tengah terdeteksi sebanyak 10 titik panas di empat kecamatan yakni Atu Lintang empat titik, Laut Tawar tiga titik, Linge dua titik, dan Jagong Jeget satu titik.
"Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Gayo Lues sama-sama menyumbang empat titik panas di tujuh kecamatan yakni Barah Rot empat titik, Blang Jeramo tiga titik, Putri Betung, Bakongan, Bakongan, Trumon, Trumon Timur masing-masing satu titik," jelasnya, sebagaimana dikutip Antara.
Sementara itu, sebanyak tujuh titik panas lagi terpantau di Bireuen dua titik, Aceh Singkil, Aceh Utara, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Sulubussalam masing-masing satu titik.
"Terdapat 26 titik panas dari total 60 titik ini, memiliki tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan di Aceh di atas 70 persen," tegas Zakaria.
Edison, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat melaporkan, pihaknya akan segera membantu dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan cara mendatangkan dua unit mobil tangki air dari Provinsi Aceh.
"Kita akan mendatangkan lagi dua unit mobil tanki air, sebab kawasan titik api yang terbakar hutan dan lahan jauh, tidak bisa diakses mobil pemadam kebakaran, kemudian juga tidak tersedia sumber air di lokasi itu," katanya.
Ia mengatakan bahwa saat ini pihaknya menghadapi keterbatasan dana untuk sarana dan prasarana dalam penanganan karhutla yang terjadi beberapa hari terakhir, sehingga tidak ingin upaya pemadaman terkendala.
Edison menyampaikan, dua unit armada milik Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) itu, sebelumnya telah disiagakan di Aceh Barat karena bencana karhutla pada Juli 2017.
Kemudian, lanjutnya, sudah ditarik kembali ke provinsi, setelah tanggap darurat karhutla ditutup.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra