tirto.id - Fungsi utama vaksinasi COVID-19 yang saat ini sedang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk mencegah seseorang menjadi sakit karena COVID-19, bukan untuk mencegah kemungkinan penularan virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit itu. Demikian menurut Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dr. Siti Nadia Tarmizi.
"Jadi vaksin itu mencegah kita menjadi sakit, bukan mencegah kita menjadi tertular," kata Nadia yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, kepada ANTARA.
Ia mengatakan seseorang yang telah mendapat suntikan vaksin masih memiliki kemungkinan terinfeksi. Tapi itu bukan karena vaksinnya melainkan karena penderita kemungkinan saat divaksin telah terpapar pada beberapa hari sebelumnya. Sementara masa inkubasi penularan virus SARS-CoV-2 adalah 14 hari.
"Jadi bisa saja dia sudah terpapar, tapi belum ada gejala, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan ataupun belum diketahui bahwa dia sudah positif COVID-19," katanya.
Ia mengatakan bahwa dari hasil uji klinis di Bandung sebelumnya memang menunjukkan bahwa ada tujuh orang yang sudah divaksin tetapi kemudian mereka juga terinfeksi COVID-19.
Itu menunjukkan bahwa ketujuh orang tersebut telah terinfeksi terlebih dahulu sebelumnya akhirnya mendapatkan vaksinasi.
Berikutnya, Nadia juga mengatakan bahwa vaksinasi COVID-19 membutuhkan waktu untuk dapat membentuk kekebalan tubuh.
"Jadi tidak bisa satu kali suntik kemudian dia menjadi kebal terhadap virus SARS-CoV-2," katanya.
Dan pada kondisi seseorang telah disuntik dua kali vaksin COVID-19, tetapi 14 hari setelah itu orang tersebut masih terkena COVID-19, kemungkinan tersebut juga masih dapat terjadi karena vaksin COVID-19 tidak mencegah seseorang untuk tertular penyakit itu, tetapi untuk mencegah seseorang tersebut menjadi sakit karena COVID-19.
"Jadi bukan mencegah kita menjadi tertular. Kemungkinan tertular itu ada. Tapi kalau pun kita tertular, ada kemungkinan kita tidak menjadi sakit dengan adanya vaksin. Ada kemungkinan kita tidak menjadi sakit, ataupun sakitnya itu tidak menjadi berat," demikian Nadia.
Editor: Agung DH