tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menagih Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati agar segera mengalokasikan anggaran untuk pembayaran sejumlah tagihan subsidi PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
Menurut Menteri ESDM Ignasius Jonan, anggaran yang ada diklaim dapat membuat cash flow kedua perusahaan tetap sehat.
“Sebenarnya secara anggaran sudah dialokasikan. Di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), anggaran sudah ada subsidinya berapa, tagihannya berapa, yang harus dibayarkan negara berapa. Ini masalah cash flow saja,” ucap Jonan saat jumpa pers di kantor Kementerian ESDM pada Rabu (27/12/2017).
Lebih lanjut, anggaran tersebut dinilai dapat membantu keuangan Pertamina dan PLN, mengingat pemerintah tidak menaikkan tarif listrik dan BBM (Bahan Bakar Minyak) di kuartal pertama 2018. Jonan mengklaim keputusan itu didasarkan pada pertimbangan daya beli masyarakat, meskipun harga batu bara secara global saat ini sedang naik.
Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik membenarkan bahwa harga minyak mentah dunia (crude oil) terus mengalami peningkatan. Di tahun ini saja, harga rata-ratanya mencapai 50 dollar Amerika per barel, sedangkan pada tahun lalu harga masih berada di kisaran 38 dollar Amerika per barel.
Elia menambahkan, untuk mengatasi persoalan itu Pertamina telah menyiapkan tiga strategi guna mempertahankan pendapatannya. Ketiga hal itu berkaitan dengan teknologi dan pengetahuan, lalu model bisnis, dan menekankan pentingnya efisiensi.
“Sekarang kita lagi menjaga cash flow supaya tidak ada gangguan. Nanti kita lihat perkembangannya dalam 2-3 bulan ke depan,” ungkap Elia.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir menegaskan kalau perusahaannya akan berupaya untuk melakukan efisiensi di sejumlah bidang, seperti masalah operasional maintenance, transportasi zonasi, hingga menaikkan capacity factor untuk masalah kualitas pembangkit.
“Yang bisa kami lakukan efisiensi, kami lakukan. Menurut saya, cash flow masih mencukupi, karena ada pembayaran subsidi dari pemerintah. Itu memperkuat cash flow,” ujar Sofyan.
Pada Januari-Maret 2018 mendatang, tarif listrik untuk Tegangan Rendah (TR) akan tetap sebesar Rp1.467,28 per kWh, golongan 900 VA Rumah Tangga Mampu (RTM) Rp1.352,00 per kWh, tarif listrik Tegangan Menengah (TM) Rp1.114,74 per kWh, tarif untuk Tegangan Tinggi (TT) Rp996,74 per kWh, dan tarif listrik pada Layanan Khusus Rp1.644,52 per kWh.
Sedangkan harga eceran BBM untuk jenis RON 88 (Premium) akan tetap berada di harga Rp6.450,00 per liter untuk wilayah di luar Jawa, Madura, dan Bali. Sementara untuk jenis Solar bersubsidi dengan harga Rp5.150,00 per liter.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH