tirto.id - Presiden Joko Widodo menyatakan malu jika terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2021. Ia tidak ingin isu karhutla menjadi perbincangan di wilayah regional.
Dalam pengarahan Jokowi kepada peserta Rakornas Pengendalian Karhutla di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/2/2021), ia menekankan pentingnya penanganan kebakaran hutan dan lahan. Ia tidak ingin ada kejadian karhutla Indonesia menjadi perbincangan di dunia internasional.
"Jangan sampai kita ini malu di ASEAN Summit pertemuan negara-negara ASEAN, ada satu dua tiga negara yang membicarakan lagi mengenai ini," kata Jokowi saat memberikan pengarahan rapat koordinasi Karhutla di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/2/2021).
"Dalam lima tahun ini sudah nggak ada. Jangan sampai dibuat ada lagi. Saya titip itu. Malu kita. Dipikir kita engga bisa menyelesaikan masalah ini," lanjut Jokowi.
Jokowi pun mengingatkan kepada peserta rapat bahwa Indonesia harus tetap siaga menghadapi karhutla meski tengah menghadapi banjir dan tanah longsor. Ia ingin ada rencana pencegahan karhutla secara matang lantaran masih ada dampak hujan.
"La Nina masih akan bertahan hingga semester 1 ini, Mei diperkirakan akan menjadi fase transisi dari musim hujan ke musim kemarau, tapi kita harus tetap waspada jangan lengah," kata Jokowi.
Dalam rapat, Jokowi mengingatkan bahaya daerah Sumatera yang sudah mulai panas pada Februari. Pemerintah memprediksi daerah Kalimantan dan Sulawesi akan mengalami Karhutla di Mei-Juli yang diprediksi puncak karhutla pada Agustus-September 2021.
"Kita ini harus betul-betul tahu puncaknya kapan. Sehingga persiapannya apa, dimulai dari sekarang. Planning-nya disiapkan, organisasi dicek betul sudah bekerja atau tidak. Pada saat betul-betul nanti panas, kita sudah siap semuanya," kata Jokowi.
Jokowi pun mewanti-wanti sejumlah daerah secara langsung seperti daerah Riau yang sudah muncul 29 kejadian karhutla dan Kalimantan Barat sudah ada 52 kasus. Ia ingin pemerintah daerah agar mengambil langkah antisipatif. Ia pun mengapresiasi kepada daerah yang sudah siaga darurat hadapi karhutla seperti Provinsi Riau.
Oleh karena itu, Jokowi menekankan 5 pendekatan penting. Pertama, daerah harus mengedepankan pencegahan karhutla meluas. Ia menekankan penanganan tidak boleh terlambat.
"Jangan terlambat karena kalau sudah terlambat kita guyur dengan water bombing sebanyak apa pun, pengalaman kita sudah terlanjur sulit," kata Jokowi.
Sementara itu, Menkopolhukam Mahfud MD menuturkan pemerintah masih mencatat sejumlah kebakaran hutan dan lahan meski sudah terjadi perbaikan penanganan Karhutla.
"Beberapa wilayah masih tetap terjadi kebakaran hutan dan lahan seperti misalnya di Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah NTT dan Papua," kata Mahfud dalam rakornas tersebut.
Mahfud mencatat karhutla terjadi di Aceh sebanyak 3 kejadian, Sumatera Utara 9 kejadian, Riau 29 kejadian, Kepulauan Riau 4 kejadian, Jambi dua kejadian, Sumatera Selatan 5 kejadian, Kalimantan Barat 52 kejadian, Kalimantan Tengah 12 kejadian, Sulawesi Tenggara 20 kejadian dan papua ada satu kejadian.
Mahfud menambahkan, BMKG melaporkan La Nina moderat akan terjadi pada 2021 sehingga akan ada curah hujan tinggi pada Maret-April 2021. Sementara itu, wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua Selatan mendapatkan curah hujan dengan kategori menengah-rendah pada Juni-Agustus 2021.
Kemudian, kata Mahfud, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Sulawesi Selatan dan Papua Selatan diperkirakan mendapatkan curah hujan kategori menengah rendah pada Agustus-September 2021.
La Nina, kata Mahfud, bisa dimanfaatkan untuk optimalisasi penanganan Karhutla apabila diikuti dengan upaya penyebaran informasi hotspot sebagai upaya deteksi dini, patroli pencegahan karhutla secara terpadu KLHK, TNI-Polri, dan NGO lingkungan, penataan air lingkungan karhutla serta peningkatan operasi penanganan Karhutla.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz