tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim, laju inflasi sebesar 5,95 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2022 cukup terkendali. Inflasi pada bulan lalu bahkan lebih rendah dari perkiraan pemerintah mencapai di atas 6 persen.
Jokowi menuturkan kenaikan inflasi diprediksi akan naik 6,8 persen. Hal itu dipicu harga bahan bakar minyak (BBM) Solar dan Pertalite. Tetapi, dia mengklaim langkah pemerintah daerah (pemda) menjaga pasokan pangan membuat realisasinya lebih rendah.
"Perkiraan kenaikan inflasi karena kenaikan BBM kemarin dihitung 6,8 persen, tapi jatuhnya di 5,9 persen. Ini karena pemda-pemda sudah mulai bergerak ke sana. Saya cek-cek, secara sampling sudah bergerak," ujarnya dalam Investor Daily Summit 2022 di JCC, Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Dia menjelaskan, pemerintah telah mewajibkan pemda membelanjakan 2 persen dari anggaran dana transfer umum (DTU) dan anggaran dari belanja tak terduga untuk pengendalian inflasi di daerahnya, seiring dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Langkah pengendalian itu dapat dilakukan pemda untuk mensubsidi ongkos logistik pengiriman bahan pangan dari satu daerah ke daerah lainnya.
Lebih lanjut, dia mencontohkan ketika Lampung mengalami kenaikan harga bawang merah seiring permintaan yang tidak seimbang dengan pasokan. Komoditas perlu ditambah pasokannya dari pusat produksi, yaitu Brebes. Maka dalam hal ini, biaya angkut bawang merah dari Brebes ke Lampung menjadi ditanggung pemda.
"Ongkos berapa sih dari Brebes ke Lampung, saya cek, itu Rp 3,5 juta, padahal APBD-nya bermiliar-miliar. Hal-hal kecil-kecil seperti ini harus kita urus," ungkap Mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Begitu juga harga telur di DKI Jakarta yang meroket. Karena itu diperlukan pasokan tambahan dari Blitar, sebagai daerah produsen telur. Tidak hanya itu, ongkos angkut telur dari Blitar ke DKI Jakarta juga diberikan subsidi oleh pemda.
"Sehingga harga itu adalah benar-benar harga peternak, harga petani. Ini enggak ada negara yang kerja kayak kita, yang sedetil itu," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala BPS, Margo Yuwono mengungkapkan, salah salah satu penyebab inflasi pada September ini akibat adanya penyesuaian harga BBM subsidi. Diikuti dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota, transportasi online dan juga bahan baku rumah tangga.
"Jadi saya ulangi inflasi yang terjadi di September sebesar 1,17 persen ini merupakan inflasi tertinggi sejak Desember tahun 2014, di mana saat itu terjadi inflasi sebesar 2,46 persen sebagai akibat kenaikan harga BBM pada 2014," kata dia dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (3/10/2022).
Berdasarkan sebaran wilayahnya, dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) 80 kota mengalami inflasi. Sementara hanya 1 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi 1,87 persen. Penyebab utamanya karena kenaikan harga bensin yang beri andil 0,81 persen, beras 0,35 persen, angkutan dalam kota 0,18 persen dan angkutan antar kota 0,19 persen.
"Inflasi terendah di Merauke 0,07 persen. Sementara itu dua kota mengalami deflasi adalah Manokwari -0,64 persen dan Timika -0,59 persen," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin