Menuju konten utama

Jokowi Kesal Lagi Saat Tahu Kasus COVID-19 di Indonesia Makin Buruk

Jokowi kesal karena jumlah kasus dan penanganan COVID-19 di Indonesia malah kian memburuk.

Jokowi Kesal Lagi Saat Tahu Kasus COVID-19 di Indonesia Makin Buruk
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau simulasi pemberian vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). foto/Dok. Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden

tirto.id - Presiden Joko Widodo kesal saat mengetahui penanganan COVID-19 di Indonesia memburuk. Apalagi saat mengetahui kasus aktif nasional kini berada di angka 13,41 persen, lebih tinggi daripada pekan lalu yang hanya 12,78 persen meski masih di bawah rata-rata dunia.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 per 29 November 2020, kasus COVID-19 di Indonesia "tembus rekor". Angka kasus konfirmasi positif mencapai 6.267 kasus atau angka tertinggi sejak COVID-19 ditemukan di Indonesia.

Dalam data tersebut, ada 3 daerah dengan kasus tertinggi, yakni Jawa Tengah 2.036 kasus, Jakarta 1.431 kasus dan Jawa Timur 412 kasus. Dalam beberapa hari terakhir, Jakarta dan Jawa Tengah memang memberikan kontribusi kasus positif COVID-19.

Ia pun juga menyoroti soal penurunan persentase kesembuhan. Persentase kesembuhan Indonesia pada pekan ini turun menjadi 83,44 persen daripada pekan sebelumnya yang mencapai 84,03 persen.

"Ini semuanya memburuk semuanya. Karena adanya tadi, kasus [COVID-19] yang memang meningkat lebih banyak di minggu-minggu kemarin," kata Jokowi saat membuka Ratas Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Merdeka, Senin (30/11/2020).

Jokowi meminta adanya perhatian khusus dari Komite Percepatan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dalam menangani COVID-19 di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Dua provinsi mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang cukup tinggi dalam pekan kemarin.

"Yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta agar dilihat betul-betul kenapa peningkatannya begitu sangat drastis," kata Jokowi.

Jokowi juga berpesan kepada Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk terus mengingatkan para kepala daerh untuk melindungi keselamatan warganya, mengingat kepala daerah yang punya kendali penuh dalam penanganan COVID-19.

Bukan kali ini saja Jokowi mengeluh dengan penangan COVID-19 yang dilakukan jajarannya. Jokowi bahkan pernah meluapkan kekesalannya pada 18 Juni 2020 lalu lantaran masih ada menteri-menterinya yang bersikap biasa saja menyikapi situasi krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Menurut Jokowi tanpa sense of crisis mustahil bisa menghadapi situasi pandemi ke depan. Saat itu serapan anggaran kesehatan rendah dan dana insentif untuk tenaga kesehatan lambat disalurkan. Setelah marah-marah, baru ada progres penyerapan anggaran.

“Kita yang berada di sini bertanggung jawab kepada 267 juta penduduk Indonesia. Ini Tolong digarisbawahi, dan perasaan itu tolong kita sama. Ada sense of crisis yang sama,” kata Jokowi saat itu.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto