tirto.id - Dalam pertemuan negara anggota G20, Indonesia menyatakan dukungan untuk membentuk sistem perpajakan internasional yang adil dan transparan. Sebab, melalui penerapan kebijakan pertukaran informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan itu, pendapatan negara berkembang dapat ditingkatkan.
Pernyataan itu dikemukakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi pembicara utama pada sesi kedua KTT G20 di Hangzhou International, Cina, Senin (5/9/2016). Pada kesempatan itu pula, Presiden Jokowi mengimbau pada setiap negara yang hadir dalam pertemuan itu, untuk tidak membuat kebijakan yang merugikan negara lain.
“Mengingat perlambatan ekonomi global, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan pendapatan pajak kita dalam menjaga iklim bisnis dan investasi. Hal ini membutuhkan sistem perpajakan internasional yang adil dan transparan,” tegas Presiden Jokowi, mengutip dari situs setkab.go.id.
Kebutuhan akan kerja sama internasional dalam sistem perpajakan tersebut, menurut Jokowi, berguna untuk mengantisipasi adanya penghindaran pajak sehingga mendorong kebijakan pajak yang kondusif di masing-masing negara anggota.
“Sistem tersebut pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan bagi negara-negara berkembang," jelas Jokowi.
Karenanya, dukungan berupa kerja sama dan koordinasi antarnegara-negara anggota G20 diperlukan guna mewujudkan hal tersebut. Bentuk dukungan kerja sama yang dimaksud oleh Presiden adalah implementasi dari Automatic Exchange of Information (AEoI) atau yang biasa disebut dengan keterbukaan informasi untuk kepentingan perpajakan.
“Saya percaya, transparansi keuangan melalui AEoI akan bermanfaat dalam mengatasi arus keuangan terlarang yang telah menghasilkan kerugian bagi negara-negara berkembang selama bertahun-tahun,” imbuhnya.
Di hadapan para pemimpin negara anggota G20, Presiden Jokowi juga mengungkapkan bahwa Indonesia berupaya meningkatkan kondisi perekonomian dengan cara mereformasi sistem perpajakan. Itu dilakukan dengan menerapkan paket kebijakan ekonomi yang terkait dengan insentif perpajakan bagi para investor guna mencegah pajak berganda.
“Bila reformasi perpajakan ini berhasil, negara lain dapat mengikutinya. Namun bila gagal, hal tersebut akan berdampak pada negara-negara G20 dan juga lainnya,” papar Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan penghormatan bagi Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, yang turut hadir dalam KTT tahun ini. Bagi Presiden Obama, KTT di Hangzhou ini merupakan KTT G-20 terakhir yang dapat dihadirinya.
“Saya ingin menyampaikan penghargaan tertinggi saya untuk kontribusinya dalam upaya kita bersama dalam mempercepat pemulihan ekonomi global,” pungkas Presiden Jokowi.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari