tirto.id - Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi menghadiri acara deklarasi dukungan dari Forum Alumni Jawa Timur, Sabtu (2/2/2019). Dalam acara itu, Jokowi mendapat gelar 'cak' dan 'jancuk' yang diberikan oleh pembawa acara Djadi Galajapo.
Belakangan, gelar 'jancuk' menuai polemik, lantaran, kata ini dianggap memiliki makna yang negatif. Meskipun kata ini sangat melekat atau khas diucapkan masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ahmad Rofiq malah menganggap gelar tersebut sebagai ungkapan rasa persahabatan. Bahkan, melalui gelar tersebut, Jokowi sudah seperti dianggap sebagai 'Arek Suroboyo'
"Kalau Pak Jokowi sudah dapat gelar itu berarti Pak Jokowi sudah dianggap sebagai Arek Suroboyo. Sudah dianggap sebagai saudara dan keluarga besar arek-arek Jawa Timur," ujar Rofiq kepada reporter Tirto, Rabu (6/2/2019).
Rofiq mengakui gelar ini memang memiliki makna negatif. Namun, kata Rofiq, sesuai perkembangannya, kata 'jancuk' justru menjadi simbol keakraban masyarakat Jawa Timur, khususnya di Surabaya.
Melalui gelar ini, Sekretaris Jenderal Partai Perindo itu mengklaim Jokowi semakin dicintai masyarakat Jawa Timur.
"Gelar ini gelar persaudaraan, kekoncoan, yang tentu akan membuat Pak Jokowi semakin dicintai oleh 'arek-arek Jowo Timur'," jelas Rofiq.
Djadi Galajapo sebagai pembawa acara (MC) dalam acara Forum Alumni Jawa Timur untuk Jokowi di Tugu Pahlawan, Jl Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2019) yang menyematkan gelar 'cak' dan 'jancuk' untuk Jokowi.
Menurut Djadi, 'cak' merupakan kependekan dari cakap, agamis, kreatif. Sementara 'jancuk', menurutnya, merupakan akronim dari jantan, cakap, ulet, dan komitmen.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Maya Saputri