tirto.id - Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie meminta kepada pendukung Joko Widodo (Jokowi) di Surabaya, Jawa Timur untuk tidak sembarangan menyematkan gelar 'Cak Jancuk' kepada calon presiden (capres) petahana itu.
"Seseorang kalau memberikan gelar, jangan sembarangan. Apalagi kepada seorang presiden. Kan presiden ada ahli budaya dan bahasa juga," ujarnya kepada reporter Tirto, Selasa (5/1/2019).
Seharusnya, kata Jerry, pendukung Jokowi tersebut harus melakukan kajian secara bahasa terlebih dahulu, karena itu penting agar tidak menimbulkan simpang siur, apalagi sampai membuat kegaduhan di publik.
"Seharusnya setiap kali ada julukan disematkan padanya maka perlu dikaji dulu secara komprehensif," ucap Jerry.
Apalagi, menurutnya, secara bahasa Surabaya, arti 'Jancuk' sangat kurang sopan dan tidak layak disematkan kepada seorang presiden.
Oleh karena itu, ia meminta kepada pendukung Jokowi tersebut untuk memikirkan dampak yang akan diterima oleh capres petahana itu.
"Menggunakan bahasa daerah dan atribut sebaiknya perlu dibicarakan apa efek dominonya. Keuntungan dan kekurangannya apa? Karena saat ini rentan cibiran dan kritikan," pungkasnya.
Senada dengan Jerry, Penggiat media sosial Darmansyah juga menilai penyematan panggilan 'Cak Jancuk' kepada Presiden Jokowi tidak tepat. Sebab, kata 'Jancuk' merupakan ungkapan yang tidak etis dan terkesan kurang ajar dalam penggunaan tata bahasa sehari-hari.
"Pada umumnya, kata itu [Jancuk] digunakan sebagai umpatan untuk meluapkan emosi, marah, atau untuk membenci dan mengumpat seseorang," tuturnya.
Menurutnya, presiden selaku kepala negara dan kepala pemerintahan merupakan jabatan yang dihormati dan tidak sepantasnya untuk dilecehkan, apalagi menggunakan kata-kata yang terkesan kasar.
"Untuk itu, saya meminta kepada orang atau kelompok yang mulai memanggil Jokowi dengan sapaan 'Cak Jancuk' supaya segera mengakhiri hal tersebut," kata Darmansyah.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri