Menuju konten utama

Jokowi Banggakan Surplus Neraca Perdagangan Meski Impor Anjlok

Presiden Jokowi membanggakan capaian neraca perdagangan Indonesia yang surplus hingga 21,7 miliar dolar AS.

Jokowi Banggakan Surplus Neraca Perdagangan Meski Impor Anjlok
Pekerja memuat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) ke dalam kapal tanker di Pelabuhan Dumai, Dumai, Riau, Rabu (3/2/2021). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.

tirto.id - Presiden Jokowi membanggakan capaian neraca perdagangan Indonesia (NPI) tahun 2020 yang mencatat surplus 21,7 miliar dolar AS. Katanya, sudah bertahun-tahun Indonesia tidak pernah mencatat surplus NPI.

"Tadi sudah disampaikan oleh menteri perdagangan, neraca perdagangan kita tahun 2020 mengalami surplus 21,7 miliar US Dolar. Surplus karena yang lalu-lalu selalu kita nggak pernah yang namanya surplus," kata Jokowi saat memberikan sambutan Rapat Koordinasi Kementerian Perdagangan 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3/2021).

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, surplus neraca perdagangan tahun 2020 terjadi lebih karena impor Indonesia turun lebih besar dibandingkan penurunan ekspor. Namun, dari sisi ekspor ada sisi menggembirakan karena 81,2 persen dari total ekspor dalam bentuk barang industri primer dan produk manufaktur yang menunjukkan transformasi indonesia ke industri dan tidak lagi hanya mengeskspor barang mentah dan barang setengah jadi.

Kepala BPS Suhariyanto sebelumnya mengatakan surplus NPI pada 2020 merupakan yang terbesar sejak 2011. Saat itu, Indonesia mencatat surplus 26,06 miliar. Surplus NPI pada tahun 2020 didapat dari ekspor sebesar $163,31 miliar, sementara impornya hanya sebesar $141,57 miliar. Kinerja ekspor pada 2020 mencatat penurunan 2,61%, sementara impor turun lebih tajam hingga 17,34%.

Di balik surplus NPI yang mencetak rekor tertinggi, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sebelumnya mengingatkan adanya sinyal bahaya. Ini dikarenakan sebanyak 70,2 persen barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong. Jika impor berkurang, ada potensi sektor-sektor produksi di dalam negeri akan mengalami pelemahan. Jika produksi terganggu, akan berdampak pada konsumsi. Padahal, konsumsi merupakan penyumbang terbesar pada pertumbuhan ekonomi.

"Jadi kalau impor turun 17,3 persen saya takut akan terjadi pelemahan terhadap sektor-sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," kata Lutfi, dalam acara diskusi Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 Akselerasi Pemulihan Ekonomi, Selasa (26/1/2021).

Presiden Jokowi sendiri mengakui bahwa meski NPI surplus, akan tetapi ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga 2,19% akibat pandemi COVID-19. Jokowi berharap pada tahun 2021, ekonomi bisa membaik dengan pertumbuhan mencapai 5 persen.

"Target di dalam APBN tahun ini growth pertumbuhan ekonomi kita harus mencapai angka kurang lebih 5%. Bukan sesuatu yang mudah dari minus 2,19," kata Jokowi.

Oleh karena itu, Jokowi ingin agar seluruh pihak bekerja keras untuk merealisasikan target tersebut. Ia pun meminta kebijakan perdagangan Indonesia di masa depan bisa berkontribusi besar dalam pemulihan ekonomi nasional.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun meminta agar segala kebijakan dan cara kerja dilakukan dengan cara inovatif. Selain itu, kebijakan perdagangan juga harus bisa menjamin kebutuhan dalam negeri.

"Ini selalu saya ingatkan dalam negeri ini harus betul-betul, urusan stabilitas harga ketersediaan pasokan, harus betul-betul terjamin," kata Jokowi.

"Kemudian juga menghidupkan sektor perekonomian yang sempat terganggu akibat krisis, kita harus bekerja lebih detail. sektor-sektor mana yang terganggu dan harus diapakan. Apakah diberi insentif ataukah diberi stimulus," Tutur Jokowi.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti