tirto.id - Joko Widodo alias Jokowi membanggakan keberhasilan pemerintah RI soal divestasi saham PT Freeport Indonesia dalam Debat Capres ke-4 yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Sabtu (30/3/2019) malam. Namun, Prabowo Subianto menyebut capaian pemerintahan Jokowi itu hanya ethok-ethok, yang artinya cuma pura-pura atau tidak sungguh-sungguh seperti yang dikira.
Awalnya, Prabowo melemparkan kritikan terhadap pemerintahan Jokowi yang dinilainya terlalu mudah menyerahkan pengelolaan obyek-obyek vital, seperti bandar udara dan pelabuhan laut, kepada pihak asing.
Capres nomor urut 02 ini kemudian menceritakan pengalamannya sewaktu jadi tentara dulu. Dahulu, kisah Prabowo, prajurit-prajurit seperti dirinya diperintahkan untuk melindungi obyek-obyek vital milik negara, bukan justru diberikan kepada asing atau perusahaan dari negara lain.
Menjawab tudingan itu, Jokowi mencoba meluruskan, bahwa ini adalah persoalan investasi yang juga dilakukan oleh negara-negara lain. Ia kemudian mencontohkan keberhasilan pemerintah RI soal divestasi atau pengalihan saham PT Freeport Indonesia, dari yang selama bertahun-tahun hanya 9 persen, kini menjadi 51 persen.
Dengan memiliki saham sebesar 51 persen itu, lanjut Jokowi, orang-orang Indonesia juga bisa mengelola tambang emas di Papua. Demikian juga dengan bandara atau pelabuhan komersial yang masih turut dikelola oleh Pelindo atau Angkasa Pura.
Menanggapi ini, Prabowo menegaskan bahwa soal pengelolaan obyek-obyek vital milik negara bukan hanya masalah ekonomi semata, melainkan juga masalah keamanan nasional. “Kami tidak bisa terima kalau itu dikelola oleh asing,” tukas mantan Danjen Kopassus ini.
Prabowo juga menyoroti soal divestasi PT Freeport Indonesia. Baginya, pengalihan saham sebesar 51 persen itu hanya ethok-ethok (pura-pura) saja. Menurut Prabowo, keuntungan asing yang dilaporkan ke New York Stock Exchange (NYSE) atau Bursa Saham New York adalah 81 persen.
Jokowi kembali menegaskan bahwa investasi asing tidak masalah, sekaligus untuk transfer pengetahuan dan transfer teknologi dari pihak-pihak yang lebih maju atau memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik.
“Investasi-investasi seperti itu masih kita perlukan dalam rangka membangun infrastruktur di negara kita yang sangat ketinggalan dari negara lain,” tutup Jokowi.
Editor: Maulida Sri Handayani