tirto.id - Peta merupakan salah satu bentuk implementasi geografi yang paling tua. Hingga sekarang, peta menjadi pengejawantahan salah satu prinsip ilmu geografi, yakni deskripsi.
Kata 'peta' atau 'map' dalam bahasa Inggris berakar pada bahasa Yunani kuno, yaitu 'mappa' yang makna harfiahnya adalah taplak meja. Penggunaan kata 'mappa' pada era Yunani kuno tersebut dilatarbelakangi oleh kebiasaan penggambaran peta di kain yang menyerupai taplak.
Istilah lain yang berkaitan dengan peta adalah kartografi. Berakar pula dari bahasa Yunani kuno, kata terakhir merupakan gabungan dari karto/carto (permukaan) dan grafi (gambaran/bentuk). Dari segi bahasa, kartografi berarti gambaran tentang permukaan, dan ia digunakan sebagai istilah lain untuk ilmu membuat peta.
Sementara dalam kajian geografi, pengertian peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sesuai dengan ketampakannya dari atas. Peta juga bisa didefinisikan sebagai gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang berkaitan dengan permukaan bumi dan digambarkan di bidang datar.
Adapun merujuk definisi dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal), peta adalah wahana untuk penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, yang menjadi sumber informasi dalam kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan di tahapan dan tingkatan pembangunan.
Pengertian peta yang lainnya bisa merujuk pada definisi dari International Cartography Association (ICA). Mengutip publikasi resmi UNY bertajuk Kartografi Dasar (2010), ICA merumuskan bahwa definisi peta adalah gambaran konvensional yang dibuat dengan menggambarkan elemen-elemen di permukaan bumi dan gejala yang berhubungan dengannya.
Merujuk definisi-definisi di atas, dapat dipahami bahwa peta pada dasarnya memuat serangkaian informasi yang kompleks terkait dengan permukaan bumi dan hal itu disampaikan melalui bentuk gambar. Supaya gambar dalam peta dipahami oleh khalayak umum, maka perlu ada bahasa atau simbol yang sama-sama dimengerti maksudnya oleh pembuat maupun pembaca peta.
Itulah kenapa, dalam peta terdapat 9 unsur yang menggambarkan bagaimana informasi mengenai permukaan bumi digambarkan. Salah satu contoh unsur peta yang paling dikenal ialah skala.
Untuk memahami bagaimana penggunaan peta, perlu diketahui pula setidaknya ada 8 fungsi peta, yakni:
- Memberi informasi tentang posisi atau lokasi relatif suatu tempat di permukaan bumi.
- Memberi informasi tentang ukuran, luas daerah, dan jarak di permukaan bumi.
- Memberi informasi tentang bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti bentuk benua, negara, gunung dan lainnya.
- Menyajikan data tentang potensi suatu daerah.
- Mengomunikasikan informasi yang terkait dengan keruangan.
- Menyimpan informasi keruangan.
- Membantu sejumlah pekerjaan teknis, seperti konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan.
- Membantu pembuatan desain terkait keruangan, seperti desain jalan dan bahan analisis spasial.
Mengetahui berbagai jenis peta juga penting untuk memahami lebih jauh bagaimana produk ilmu geografi ini digunakan dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keruangan. Selama ini, ada banyak jenis peta yang terbagi dalam sejumlah kategori.
Jenis-jenis Peta dan Contohnya
Jenis-jenis peta bisa dibagi setidaknya jadi 4 kategori. Keempatnya adalah jenis peta berdasarkan skala, isi, bentuk dan sumber datanya.
Menukil salah satu bab dalam Modul Geografi terbitan Kemdikbud (2020) serta sejumlah sumber lainnya, berikut ini jenis-jenis peta beserta penjelasan dan contohnya.
1. Jenis-jenis peta berdasarkan isinya
Berdasarkan isinya, jenis peta bisa dibedakan dalam 2 kelompok, yakni peta umum dan peta khusus. Masing-masing dari jenis tersebut nantinya juga bisa dibagi dalam beberapa macam lagi.
Pertama, peta umum, atau disebut juga peta ikhtisar, yakni peta yang menggambarkan segala hal di suatu wilayah, seperti sungai, danau, jalan dan lain sebagainya. Peta umum ini masih dibagi lagi jenisnya menjadi peta topografi dan peta chorografi.
Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi. Peta topografi juga masih digolongkan menjadi tiga jenis, yakni:
- Peta planimetrik: peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
- Peta kadaster: peta yang menyajikan data mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.
- Peta bathimetrik: peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk dasar laut.
Topografi merujuk pada semua kenampakan permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, baik dari sifat alamiahnya (seperti aliran sungai) maupun sifat dari buatan manusia yang mendapat posisi khusus (semisal jalan dan permukiman). Peta topografi biasa berskala besar, yaitu 1:25.000 atau 1:50.000
Maka itu, menukil salah satu publikasi Kementerian PUPR, peta topografi memuat 2 unsur utama. Keduanya adalah ukuran relief yang didasarkan pada variasi dalam ketinggian, dan ukuran posisi planimetrik suatu obyek atau kenampakannya di permukaan topografis.
Contoh peta topografi bisa dilihat dalam publikasi BMKG mengenai analisis banjir di Kalimantan Utara yang dapat dilihat via link ini. Contoh lainnya adalah Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang bisa dicek melalui tautan ini.
Jenis selanjutnya dari peta umum adalah peta chorografi. Pengertian peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian kenampakan dari permukaan bumi. Peta chorografi umumnya berskala sedang hingga kecil, antara 1:250.000 hingga di atas 1: 1.000.000.
Contoh peta chorografi adalah atlas dunia.
2. Jenis-jenis peta berdasarkan skalanya
Berdasarkan skalanya, peta bisa dibedakan menjadi empat jenis. Keempatnya adalah berikut ini:
- Peta kadaster, berskala 1:100 – 1:5000. Contohnya: peta yang dipakai untuk membuat peta dalam sertifikat pembuatan tanah.
- Peta skala besar: berskala 1:5.000 – 1:250.000. Contohnya: peta yang dipakai untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit, seperti peta kabupaten.
- Peta skala sedang: berskala 1: 250.000 – 1: 500.000. Contohnya peta yang digunakan untuk menggambarkan wilayah yang agak luas, seperti peta provinsi.
- Peta skala kecil: berskala 1:500.000 – 1: 1.000.000. Contoh: peta yang biasanya digunakan untuk menggambarkan daerah yang cukup luas, seperti peta negara Indonesia.
- Peta skala geografis berskala lebih besar dari 1:1.000.0000. Contohnya: peta dunia.
3. Jenis-jenis peta berdasarkan bentuknya
Dari segi bentuknya, peta bisa dibagi menjadi jenis. Ketiganya adalah peta timbul, peta datar, dan peta digital. Penjelasannya mengenai 3 jenis peta berdasarkan bentuknya itu adalah berikut ini:
- Peta timbul: peta jenis timbul menggambarkan bentuk di permukaan bumi yang sebenarnya. Contohnya adalah peta relief.
- Peta datar (peta biasa): peta ini dibuat di atas bidang datar. Contoh: peta di kertas, peta di kain, dan peta di kanvas.
- Peta digital: peta yang datanya terdapat tersimpan di suatu pita magnetik. Pengolahan dan penyajian data peta digital ini menggunakan teknologi komputer. Karena itu, peta digital dapat ditayangkan melalui monitor komputer maupun layar televisi. Contohnya adalah google maps.
4. Jenis-jenis peta berdasarkan sumber datanya
Apabila dilihat dari sisi sumber datanya, peta bisa dikategorisasikan menjadi 2 jenis. Kedua jenis tersebut adalah peta induk dan peta turunan. Penjelasannya bisa dicermati di bawah ini.
Pertama, Peta Induk atau Basic Map. Peta induk merupakan peta yang dihasilkan dari kegiatan survei langsung di lapangan.
Peta induk bisa dipakai sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta ini dapat menjadi acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
Kedua, Peta Turunan atau Derived Map. Peta turunan dibuat berdasarkan acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
Editor: Iswara N Raditya