Menuju konten utama

Jenis-Jenis Masker yang Efektif Cegah Virus Selain Buff dan Scuba

Berikut ini beberapa jenis masker yang efektif mencegah virus menurut ahli kesehatan, selain scuba dan buff. 

Jenis-Jenis Masker yang Efektif Cegah Virus Selain Buff dan Scuba
Ilustrasi Masker Buff. foto/istockphoto

tirto.id - Baru-baru ini, PT Kereta Commuter Indonesia (KCL) mengumumkan kepada para pelanggannya untuk tidak menggunakan masker jenis scuba dan buff, karena tingkat efektivitas masker tersebut rendah.

"Hindari pemakaian masker scuba atau buff yang hanya 5 persen efektif dalam mencegah risiko terpaparnya akan debu, virus, dan bakteri," dikutip dari akun Intagram resmi @commuterline, Selasa (15/9/2020).

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), memakai masker wajah di tempat umum terbukti dapat mengurangi penyebaran COVID-19, karena mereka yang pra-gejala dapat menyebarkan virus sebelum menunjukkan gejala. Namun, beberapa masker lebih efektif daripada yang lain.

Adrian Cotton, MD, kepala operasi medis di Loma Linda University Health, menjelaskan bagaimana berbagai jenis masker yang efektif melindungi serta bagaimana mereka seharusnya digunakan.

Masker kain / kain

Masker kain atau kain menjebak tetesan yang dilepaskan saat orang yang memakai masker bersin, batuk, atau berbicara. Bahan ini mengurangi penyebaran virus, mudah dibeli atau dibuat, dan dapat dicuci serta dipakai kembali.

Penting juga bagi pemakainya untuk menghindari menyentuh topeng mereka, dan jika ya, untuk membersihkan atau mencuci tangan setelahnya.

Selain itu, jika kain atau masker kain menjadi basah atau kotor, penting untuk mengganti ke masker yang bersih. Topeng ini tidak boleh dibagikan.

Masker bedah

Masker bedah juga disebut masker medis longgar dan sekali pakai. Mereka melindungi hidung dan mulut agar tidak bersentuhan dengan tetesan yang bisa membawa kuman.

Mereka dibuat untuk melindungi Anda dari semprotan atau cipratan yang bisa masuk ke hidung atau mulut. Masker ini juga mampu menyaring partikel besar di udara, dan memastikan tetesan dari pemakainya tidak menyebar. Masker ini hanya sekali pakai.

Masker N95

Masker N95 memberikan tingkat perlindungan yang lebih tinggi daripada masker bedah atau masker kain karena dapat menyaring partikel besar dan kecil saat pemakainya bernapas.

Masker ini disebut masker N95 karena dirancang untuk memblokir 95% partikel atau cairan yang mungkin bersentuhan dengan wajah Anda. Namun, masker ini tidak untuk penggunaan umum dan harus disediakan untuk petugas kesehatan dan petugas medis pertama yang merespons.

Mereka juga tidak cocok dengan anak-anak atau orang-orang dengan rambut wajah. Penyedia layanan kesehatan telah diuji kesesuaiannya untuk masker ini, dan seperti masker bedah, masker ini dimaksudkan untuk digunakan sekali saja, meskipun para peneliti sedang memeriksa cara efektif untuk membersihkan masker ini.

Masker wajah dengan katup

Masker ini mungkin memudahkan untuk bernapas, tetapi saat pemakainya melakukannya, mereka juga mengeluarkan kuman ke udara di sekitarnya. Fasilitas medis yang semakin banyak di seluruh negeri telah melarang penggunaan masker dengan katup.

Mereka melakukan pekerjaan yang baik untuk melindungi pemakainya, tetapi karena katup satu arah, mereka tidak memberikan banyak perlindungan kepada orang-orang di sekitar pemakainya.

Jika pemakainya tertular, baik secara sadar maupun tidak sadar, mereka masih bisa menyebarkan virus ke orang lain di sekitarnya.

Karena alasan utama memakai masker adalah untuk melindungi orang lain, masker sederhana dengan filter mungkin merupakan pilihan yang lebih baik.

Masker yang direkomendasikan WHO

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masker non-medis (juga dikenal sebagai masker kain, masker buatan sendiri, atau masker DIY) dapat bertindak sebagai penghalang untuk mencegah penyebaran virus dari pemakai ke orang lain.

Namun, jika menggunakan masker non-medis jenis yang direkomendasikan oleh WHO adalah masker yang memiliki tiga lapisan.

Tiga lapisan masker tersebut terdiri dari lapisan dalam yang dapat menyerap, lapisan bagian tengah yang dapat menyaring, serta lapisan bagian luar yang sebaiknya berbahan poliester.

Masker tersebut dapat dibeli secara komersial atau buatan tangan, dan umumnya tidak standar seperti masker medis. Selain itu, penggunaan masker juga harus dilakukan dengan benar, yaitu harus menutupi hidung, mulut, dan dagu.

Alasan mengapa masker scuba dan buff tak efektif cegah virus

Menurut Dokter Spesialis Paru di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta, dr. Siswanto, dalam keterangannya kepada Tirto, masker jenis scuba dan buff memang tidak direkomendasikan.

Hal tersebut karena masker jenis buff atau scuba hanya memiliki satu lapisan dan tidak efektif untuk mencegah penularan virus Corona.

"Masker buff dan scuba hanya satu lapis dan itu hanya kain semua. Scuba dan buff kurang efektif karena dua lapis, fitting tesnya itu yang dipertanyakan, karena engga bisa menutup efektiif," ujar Siswanto kepada redaksi Tirto.

Siswanto mengatakan masyarakat memang diimbau untuk menggunakan masker kain saat harus beraktivitas di luar rumah. Namun menurutnya, berdasarkan hasil penelitian jika menggunakan masker kain sebaiknya minimal menggunakan yang dua lapis kain.

"Ada penelitiannya, soal efektivitas masker kain yang paling bagus yang minimal dua lapis dan salah satunya itu dari katun, misalnya digabung dengan flanel dan sebagainya, disebutnya ini masker kain hybrid," ujarnya.

Ia menambahkan, dengan menggunakan masker kain minimal dua lapis ini agar lebih maksimal untuk menyaring virus maupun partikel debu.