tirto.id - Keinginan keluarga besar Tan Malaka di Sumatera Barat untuk menjemput jenazah Tan Malaka dari Ledok, Selopagunggung, Semen, Kediri ke Sumatera Barat akhirnya terlaksana. Dusun Ledok tempat pusara Tan Malaka yang biasanya sepi lengang, Selasa (21/2/2017) pagi hingga siang hari berjejal dengan para pengunjung yang mengikuti prosesi pemindahan jenazah pahlawan nasional itu.
Dalam pantauan Tirto, sejak pagi iring-iringan bus dengan dikawal aparat gabungan polisi dan tentara mengantarkan tim penjemputan yang berisikan pejabat pemerintah, tokoh adat, keluarga yang tergabung dalam Tan Malaka Institute. Termasuk perwakilan dari 140 Datuk dihadirkan ke pusara Tan Malaka.
Di area pemakaman umum tempat pusara Tan Malaka ini dibentangkan spanduk bertuliskan “Menjemput Gelar Pusaka Pucuk Adat Bungai Setangkai Kelarasan Suliki Wilayah Adat Rajo di Ranah Luak Limopuluah.”
Mereka semua melakukan apa yang dinamakan sebagai prosesi mengganti baju, di mana gelar raja yang dipangku oleh Ibrahim Datuk Tan Malaka dikembalikan ke kampung asalnya di Kabupaten Limapuluh Kota Pandam Gadang Sumatera Barat.
“Ibrahim Datuk Tan Malaka ini ialah raja dari 140 suku, yakni 140 Datuk. Perwakilan dari 140 Datuk itu hadir pada hari ini di sini” ujar Robby Muchsin, selaku pegiat Tan Malaka Institue.
Disinggung soal pemindahan jasad Tan Malaka untuk dibawa pulang, Robby mengutarakan bahwa prosesnya adalah dengan membawa segenggam tanah dari pusara Tan Malaka.
“Iya, prosesnya seperti ini. Kita tidak melakukan penggalian kubur secara fisik. Namun secara simbolik kita ambil tanah di kubur. Setiap perwakilan dari 140 raja-raja kecil tadi mengambil tanah di makam beliau kemudian dimasukkan ke kain kafan dan kemudian untuk ditutup di peti kesayangan Datuk Tan Malaka ini. Masih ada peti lama yaitu peti besinya.” ujar Robby.
Mereka mengaku sudah memenuhi syarat dalam proses pemindahan ini. Dan diutarakan bahwa tidak harus pemindahan total. “Unsurnya sudah terpenuhi, dengan adanya tanah. Karena sudah lebih dari 40 tahun” ungkap Robby lagi.
Terkait anggaran dana untuk menyelenggarakan prosesi adat ini, pihaknya mengaku semua swadaya. Dana digalang dari swadaya masyarakat melalui Tan Malaka Institute dan datang banyak donasi dari para pengagum Tan Malaka.
Sementara itu Ferizal Ridwan, Wakil Bupati Limapuluh Kota yang turut terlibat langsung dalam prosesi adat penjemputan tersebut mengatakan bahwa penghargaan atas perjuangan Tan Malaka akan diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah.
“Apakah itu nanti berbentuk kompensasi, berbentuk penghargaan atau mengembalikan nama baik itu diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah kota. Jadi tentu pihak keluarga dengan sakral ini telah mewakili secara kami adat. Dan kami selaku pewaris tidak mempersoalkan hal-hal yang lain. Jadi itu semua tergantung kepada pemerintah.”
Dalam serangkaian prosesi adat yang dilakukan sekitar dua jam tersebut, Ferizal Ridwan juga menyampaikan permintaan maaf terhadap warga setempat apabila selama prosesi yang melibatkan banyak pihak dan menyedot perhatian penduduk setempat ini terdapat kesalahan dan etika yang kurang berkenan.
“Tentu pada kesempatan ini kami mohon maaf. Minta maaf, kiranya dalam prosesi ini ada beberapa pihak yang dirugikan, ataupun yang barangkali etika kami yang kurang pas pada kesempatan ini mohon melalui teman-teman media juga menyampaikan mohon maaf dan tidak ada maksud lain” ungkap Ferizal Ridwan di pusara Tan Malaka.
Ucapan terima kasih juga disampaikan langsung oleh Hengky Novaran Arsil selaku pewaris gelar Datuk Tan Malaka kepada Pemerintah Kabupaten Kediri.
“Alhamdulillah, hari ini sudah dapat diselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap keluarga baru kami, Pemkab Kediri."
Disela-sela lain ia juga mengajak semuanya untuk mengisi perjuangan Tan Malaka yang telah melepaskan belenggu penjajahan di Indonesia. “Tugas kita saat ini adalah mengisi perjuangan ini.” ujar Hengky Novaran.
Sebelumnya, rencana pemindahan jasad Tan Malaka dari Kediri mendapat penolakan dari warga sekitar tempat pusara Tan Malaka berada. Mereka sudah menganggap sosok dalam pusara tersebut sebagai leluhur mereka kendati kemunculannya misterius bersamaan dengan kedatangan para prajurit Tentara Republik Indonesia dalam iklim Agresi Militer Belanda Kedua.
Pihak Pemerintah Kabupaten Kediri sendiri sebelumnya bersikap belum mengakui pusara tersebut berisi jasad Tan Malaka lantaran pihaknya belum mendapat data dari Kementerian Sosial.
Rencananya rombongan tim penjemputan Tan Malaka ini akan bertolak pulang ke Sumatera Barat malam ini setelah mengadakan doa bersama di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan berpamitan untuk perjalanan pulang.
Penulis: Tony Firman
Editor: Agung DH