Indeks Tan Malaka

Berikut biografi Tan Malaka, biografi singkat dan kisah hidup sang Pahlawan Nasional. Simak selengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Dalam kekalutan revolusi kemerdekaan, seorang intel Jepang melakukan aksi-aksi yang mendukung perjuangan Indonesia.

Sempat menjadi salah satu laskar perjuangan dengan anggota paling banyak, Pesindo berakhir tragis: kalah dalam Madiun Affair 1948 dan gempa politik 1965.

Tan Malaka sempat bekerja di Bayah pada masa pendudukan Jepang. Empat tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia dieksekusi di Selopanggung, Kediri.

Sukarno pernah berpesan: bila Sukarno-Hatta dibunuh atau ditangkap Sekutu, Tan Malaka yang menjadi pengganti, meneruskan perjuangan.

Suasana revolusi yang panas memantik konflik antara Laskar Merah (PKI) dengan TRI di Cirebon. Sempat menguasai kota, Laskar Merah berhasil digulung.

Seperti Soeharto, Adam Malik juga lulusan SD. Meski demikian, keduanya orang cerdas di bidangnya masing-masing.

Sengketa Irian Barat dan dominasi ekonomi Belanda pada 1950-an bikin kalangan nasionalis marah.

Roestam Effendi adalah salah satu orang Indonesia pertama yang menjadi anggota parlemen Belanda. Sebelumnya ia seorang penyair yang produktif.

Tan Malaka sedari awal telah jadi burung rantau, membujang sebagai pengelana dari satu kota ke kota lain tanpa mengenal batas negara.

Tan Malaka menyerukan kembali kepada semangat proklamasi 17 Agustus 1945. Namun, ia justru dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah RI.

Film dokumenter yang bercerita soal Tan Malaka dilarang diputar di Padang. Ini menambah deretan panjang kejadian serupa sejak beberapa tahun yang lalu.

Mantan pemuda
dilupakan negara.
Bilik penjara.

Langit berduka.
Tanah basah menyambut
kusuma bangsa.

Mendongkel Meja.
Lidah berganti dengan 
pucuk senjata.

Mendongkel meja.
Lidah berganti dengan
pucuk senjata.

Sebelum Orde Baru, gelar pahlawan nasional bisa diserahkan kepada siapa saja yang dianggap berjasa—tanpa pandang ideologi.

Keterlibatan Tan Malaka dalam gerakan anti-kolonialisme melegenda di Asia.

Para pemimpin pergerakan sosialis dan komunis tak dirangkul pemerintah pendudukan Jepang. Ada yang menyamar dan membangun gerakan bawah tanah anti-Jepang. Mereka dekat dengan para pemuda yang berperan mendesak proklamasi dipercepat pada 17 Agustus 1945.

Fadli memberi saran agar beberapa tempat yang pernah disinggahi Tan Malaka, diberikan nama pahlawan nasional tersebut.