tirto.id - Jembatan Sei Alalak akan menjadi jembatan dengan sistem melengkung pertama kali di Indonesia. Jembatan ini merupakan jalur utama dari Kota Banjarmasin dengan berbagai daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen Jembatan Sei Alalak Andika Mulrosha, pembangunan jembatan dengan sistem melengkung atau cable stayed ini juga menjadi jembatan dengan desain unik.
"Selain menjadi jembatan dengan sistem melengkung yang pertama kali dibangun di Indonesia, jembatan Sei Alalak juga cukup unik," kata Andika di Banjarmasin, Minggu (30/6/2019).
Cable stayed merupakan jembatan yang menggunakan kabel-kabel berkekuatan tinggi sebagai penggantung yang menghubungkan gelagar dengan menara. Pada umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka, beton atau beton pratekan sebagai gelagar utama.
Ia mengatakan, pembangunan jembatan dengan sistem cable stayed memiliki tingkat kesulitan yang cukup komplek, apalagi dengan struktur tanah di sekitar jembatan yang lembek.
"Namun demikian, persoalan tersebut telah diantisipasi dengan menggunakan tiang pancang yang cukup panjang," katanya.
Panjang tiang pancang, lanjutnya, memiliki panjang 70 meter dan diameter 1,8 meter. Panjang tersebut sebagai upaya untuk mengantisipasi struktur tanah di sekitar jembatan yang masih cukup lunak.
Sementara dana pembangunan jembatan adalah Rp278 miliar. 40 persen dari dana tersebut untuk kebutuhan pondasi. Andika berharap, jembatan tersebut akan bertahan sangat lama dan kuat.
Sesuai target pembangungan jembatan yang dikerjakan oleh Kontraktor PT Wijaya Karya-Pandji KSO tersebut, akan selesai pada 2021.
Namun, tambah dia, tidak menutup kemungkinan, pembangunan jembatan sepanjang 850 meter itu, bisa diselesaikan sebelum target pembangunan tersebut berakhir.
Sebagaimana diketahui, Jembatan Sei Alalak, merupakan jembatan utama, yang menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Kabupaten Barito Kuala dan Kalimantan Tengah.
Akibat pembangunan tersebut, kini arus lalu lintas dari dua arah tersebut dialihkan melintasi Jembatan Alalak 2.
Namun pengalihan tersebut tidak mampu menampung arus lalu lintas yang cukup padat dari dua arah tersebut secara maksimal, sehingga hampir setiap hari di daerah itu terjadi kemacetan luar biasa.
Pembangunan itu juga berdampak pada pengalihan truk dengan muatan petikemas melalui lingkar utara.
"Kami berusaha, untuk menyelesaikan pembangunan tersebut lebih cepat dari target yang ditetapkan," tukasnya.
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Maya Saputri