tirto.id - Jaksa Agung Republik Indonesia Sanitiar Burhanuddin mengatakan bahwa para pengguna narkotika lebih tepat apabila mendapatkan rehabilitasi karena mereka adalah korban.
"Pola penanganan pelaku penyalahgunaan narkotika lebih tepat apabila mendapatkan rehabilitasi, bukan dihukum penjara. Ini sejalan dengan semangat kebijakan penerapan keadilan restoratif narkotika," kata Burhanuddin pada acara diseminasi penelitian bertajuk Disparitas dan Kebijakan Penanganan Perkara Tindak Pidana Narkotika di Indonesia yang disiarkan di kanal YouTube IJRS TV, Selasa (28/6/2022).
Hal tersebut menurut Burhanuddin merupakan dampak dari perubahan paradigma yang tidak lagi memandang pengguna narkoba sebagai pelaku pidana.
"Saat ini pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sudah tidak lagi dianggap sebagai pelaku pidana yang harus dipenjara, namun lebih dipandang sebagai korban penyalahgunaan narkotika. Hal ini tentu berdampak pada pola treatmentnya," kata dia.
Selain itu, Burhanuddin juga menyebut bahwa hal ini sejalan dengan penerapan keadilan restoratif narkotika. Ia menjelaskan bahwa tujuan dari penerapan keadilan restoratif dalam perkara narkotika adalah untuk memulihkan keadaan korban penyalahgunaan narkotika menjadi seperti semula.
Namun demikian, Burhanuddin menyebut bahwa hingga saat ini penanganan perkara narkotika masih lebih banyak berorientasi kepada penghukuman penjara yang mengakibatkan terjadinya inkonsistensi penerapan hukum.
Untuk itu, Burhanuddin mengatakan bahwa reorientasi kebijakan penanganan perkara pidana korban penyalahgunaan narkotika menjadi tolok ukur keberhasilan jaksa saat ini.
"Jadi, bukan hanya dari berapa banyak perkara narkotika yang dilimpahkan ke pengadilan, melainkan bagaimana seorang jaksa mampu kedepankan keadilan restoratif dalam penanganan perkara penyalahgunaan narkotika," pungkasnya.
Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Fahreza Rizky