tirto.id - Iran menahan kapal tangker dengan bendera Inggris pada Jumat (19/7/2019) dan menangkap kapal kedua beberapa saat kemudian di Selat Hormuz. Langkah tersebut menambah ketegangan yang terjadi antara Iran dan Barat.
Associated Press mewartakan, penangkapan kapal tangker Inggris tersebut merupakan langkah berani Iran yang seakan mengibarkan bendera perang. Ketegangan antara Iran dan Barat bermula sejak Mei lalu, saat AS mengumumkan menambah jumlah kapal perang dan pasukan ke Teluk, karena ada indikasi ancaman dari Iran.
Dalam fase ini, jika Iran ataupun Barat mengambil langkah ceroboh, maka perang bisa saja meletus di kawasan itu. Iran melaporkan penangkapan kapal Inggris tersebut tanpa menyebutkan detailnya. Selat Hormuz adalah pintu masuk dari Teluk Persia yang merupakan jalur perdagangan minyak mentah global.
Iran melaporkan, kapal bernama Stena Impero tersebut ditahan oleh pihak keamanan maritim Iran karena dianggap tidak mematuhi aturan dan hukum maritim internasional.
Stena Bulk, perusahaan pemilik kapal tersebut mengaku kehilangan kontak dengan kapal setelah kapal mendekati sebuah kapal misterius dan helikopter di perairan internasional. Juru bicara perusahaan tersebut menyatakan bahwa tangker penuh dengan peralatan navigasi lengkap dan sesuai standar internasional.
Tangker tersebut menampung 23 kru berkebangsaan dari India, Rusia, Latvia, dan Filipina. Mereka dilaporkan dalam keadaan aman.
Kapal lainnya yang ditahan pada hari yang sama adalah MV Mesdar. Kapan ini berbendera Liberia, CNN. Kapal tersebut dihentikan dan ditarik oleh pihak berwajib Iran untuk keamanan maritim dan navigasi.
Pemilik Mesdar, Norbulk Shipping UK, menyatakan bahwa kapalnya telah dibebaskan.
“Komunikasi sudah kembali terjalin dengan kapal dan Kapten mengonfirmasi bahwa pihak keamanan sudah meninggalkan kapal dan kini kapal bebas melanjutkan pelayaran. Semua kru aman dan baik-baik saja,” kata pihak Norbulk.
Jumat (19/7) sore, Mesdar nampak telah berlayar menuju arah barat Teluk. Sedangkan kapal Impero belum nampak bebas berlayar. The Guardian melaporkan, pada Sabtu (20/7/2019) kapal tersebut dibawa ke pelabuhan Bandar Abbas dan seluruh kru tetap berada di dalam kapal.
Ada dugaan bahwa kapal tersebut ditangkap karena bertabrakan dengan kapal nelayan Iran. Kemudian kapal nelayan melaporkan kejadian tersebut ke Organisasi Pelabuhan dan Maritim Iran yang kemudian meneruskan informasi ke Penjaga Revolusioner Iran.
Penangkapan dan penahanan kapal ini menjadi sinyal bagi Barat bahwa Iran tidak bisa diajak berkompromi. Kamis (18/7) Trump juga meminta agar Iran melepaskan kapal Panama yang ditangkapnya di Selat Hormuz.
Jeremy Hunt, Menteri Luar Negeri Inggris mengatakan, “Sangat jelas bahwa jika situasi ini tidak segera diselesaikan, akan ada konsekuensi serius.”
Ia menambahkan, “Kami tidak memilih opsi militer, kami memilih opsi diplomatis untuk menyelesaikan situasi ini. Namun, jelas bahwa ini harus diselesaikan secepatnya,”
Hunt menandaskan bahwa penangkapan Impero tersebut tidak bisa diterima, karena seharusnya kapal internasional bebas berlayar di area tersebut. Ia juga memperingatkan kapal-kapal Inggris untuk sementara diupayakan menghindari daerah tersebut hingga waktu yang belum ditentukan.
Inggris menggadakan rapat kementerian usai kabar tersebut untuk membahas peristiwa di Selat Hormuz.
Pada 4 Juli lalu, Inggris juga menangkap kapal milik Iran di Gilbraltar karena diduga membawa minyak ke Suriah yang melanggar embargo Uni Eropa. Iran menganggap penangkapan kapal mereka tersebut sebagai pembajakan atas perintah dari AS.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Ibnu Azis