tirto.id - Di setiap pengkolan jalan di Cina, gerai McDonald's (McD) hadir. Jumlahnya meningkat pesat seiring laju pertumbuhan ekonomi Cina. Kini, jumlah McD di Cina sudah mencapai puluhan ribu, atau yang terbanyak dibandingkan negara-negara lainnya.
Masuknya McD di Cina merupakan buah dari kebijakan Perdana Menteri Deng Xiaoping yang terkenal dengan keterbukaannya. Ia mengundang investor asing untuk datang ke negara itu sebagai satu bagian revolusi kebudayaan. Pada Oktober yang dingin di tahun 1990, gerai pertama McD dibuka di Guangdong, Provinsi Shenzen. Restoran cepat saji ini dengan cepat menjadi satu simbol runtuhnya komunisme Cina di bawah kekuasaan Deng Xiaoping.
April 1992, gerai lain McD dibuka dengan luas lebih dari 8.000 meter persegi di Beijing. Lokasinya hanya dua blok dari lapangan Tiananmen. Gerai ini memiliki 850 pegawai dan dilengkapi dengan 700 tempat duduk. Los Angeles Times menyebutnya sebagai gerai terbesar di dunia dan mentahbiskan sebagai simbol kemenangan kultural Amerika atas Cina.
Ketika itu, makan di McD bukan tentang menghilangkan rasa lapar, tetapi sebagai perlambang status sosial masyarakat Cina. Pengunjung McD Cina pada 1990-an menganggap restoran cepat saji itu sebagai makanan mewah. Masa awal berdirinya restoran ini di Beijing dipenuhi oleh orang-orang parlente dan anggun. Makan di McD dalam persepsi mereka sama dengan makan di restoran mewah dengan standar bintang lima. Padahal mereka memesan minuman soda dan Big Mac.
Gerai Meningkat, Pendapatan Turun
Kini, McD bukan lagi menjadi kemewahan bagi orang Cina. Permintaan atas makanan cepat saji ini juga meningkat pesat. Gerai-gerai McD di Cina tak pernah sepi dari pengantre. Jumlah gerainya pun meningkat pesat.
Reuters melaporkan, McD berencana menambah lebih dari 1.000 gerai restoran di Cina selama lima tahun mendatang. Ini menjadikan pasar McD di Cina sebagai pasar terbesar mereka setelah Amerika Serikat. Sebelumnya, sudah ada 2.200 gerai McD menghiasi kota-kota di Cina.
Secara umum, restoran McD di dunia dibagi menjadi dua jenis: dikelola oleh perusahaan induk atau dikelola oleh rekanan lokal melalui waralaba. Pada 2010, ada 6.399 gerai McD yang dikelola secara mandiri oleh perusahaan di seluruh dunia. Setahun kemudian, jumlah gerai ini tumbuh 2,53 persen. Pada 2014, mulai terjadi penurunan jumlah gerai yang dikelola secara mandiri. Penurunan itu berlanjut hingga 2015, dan semakin dalam, menyentuh angka 6,44 persen.
Penurunan ini dikarenakan McD lebih memilih pengelolaan secara waralaba yang jumlahnya cenderung meningkat. Ini dibuktikan dengan ekspansi McD yang akan menambah 250 gerai waralaba baru di Hong Kong dan Korea Selatan tahun ini. Di tiga negara itu, McD sedang mencari partner lokal untuk mengembangkan bisnis waralaba mereka. Cina, Hong Kong dan Korea selatan, bersama dengan Rusia, merupakan negara-negara yang menyumbang hampir dari seperempat penjualan McD dunia pada 2015.
Tahun lalu, McD mengkonversi 470 perusahaan pemilik restoran menjadi bagian dari waralaba mereka. McD juga berencana untuk mewaralabakan 95 persen outlet mereka di seluruh dunia sebagai rencana jangka panjang. Saat ini, lebih dari 80 persen dari 36.000 lebih gerai mereka dioperasikan dengan sistem waralaba.
Menariknya meski gerai yang dikelola langsung oleh perusahaan berkurang, tetapi gerai McD yang dikelola secara waralaba meningkat terus selama lima tahun terakhir. Jika pada 2010 hanya ada 26.338 gerai, pada 2015 meningkat jadi 30.081 gerai di seluruh dunia. Secara total, selama tujuh tahun terakhir pertumbuhan restoran McD khusus di Cina terus meningkat. Jumlah gerai pada 2014 dua kali lebih besar dibandingkan gerai pada 2008.
Sayangnya, dari sisi pendapatan McD di Cina tidak menunjukkan kestabilan khususnya mulai 2013. Pada 2013, pendapatan McD di Cina mencapai 28,11 miliar dolar. Pendapatan itu kemudian mengalami penurunan menjadi hanya 25,41 miliar di 2015.
Wajib Ekspansi di Cina
Keputusan untuk mengembangkan bisnis di Cina ini barangkali tepat. Banyak alasan mengapa McD bisa berkembang pesat di sana. Pertama, pasar makanan cepat saji di Cina yang terus berkembang sejak 2010.
Kenaikan pasar makanan ini dipicu oleh perubahan pola makan, meningkatnya pendapatan konsumen, dan berkembangnya kota-kota baru di Cina. Dengan penduduk lebih dari 1,8 miliar orang, Cina jelas menjadi pasar menggiurkan bagi perusahaan makanan cepat saji. Apalagi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang membaik, sehingga 600 juta orang keluar dari kemiskinan berdasarkan statistik Bank Dunia.
Urbanisasi juga menjadi kunci. Menurut pemerintah Cina, diperkirakan 300 juta orang pindah ke kota dari desa pada 15 tahun mendatang. Dengan demikian, pada 2030 akan ada satu miliar orang yang tinggal di kota. Dengan perubahan gaya hidup ini, maka pola konsumsi juga akan berubah. Menurut Investopedia, pada 2014 industri makanan cepat saji di Cina naik 12,4 persen per tahun jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang hanya 2,5 persen per tahun.
Kedua, hadirnya asosiasi waralaba di Cina. William Edwards, kolumnis China Bussines Review, menuliskan, sejak tahun 90-an, bisnis waralaba di Cina mengalami perkembangan signifikan. Saat itu belum ada lembaga khusus yang menaungi dan membuat regulasi terkait jenis usaha ini. Baru pada 1997 Pemerintah Cina membuat Asosiasi Toko Jaringan dan Waralaba (China Chain Store and Franchise Association (CCFA), yang dibentuk untuk membawahi perusahaan waralaba dan toko jaringan dari perusahaan asing. Kehadiran CCFA tersebut membuat industri waralaba berkembang pesat, termasuk McD. Pada 2011 CCFA memiliki 900 anggota dengan 180.000 outlet di seluruh Cina dengan pendapatan nasional sebesar 52,4 miliar dolar.
Cina memang pasar yang menggiurkan untuk para peritel makanan. Tidak hanya invasi besar-besaran McD tetapi juga pesaing makanan cepat saji lokal dari Cina. Rival McD di Cina adalah Yum Brands Inc, yang memiliki lisensi waralaba KFC dan Pizza Hut. Cina juga merupakan pasar terbesar dari Yum Brands. Yum Brands memiliki jaringan gerai KFC terbesar di Cina dengan 4.800 gerai di 1.000.
Pasar Cina yang sangat besar memang menjadi target empuk merek-merek dunia. Namun, turunnya pendapatan McD dalam tiga tahun terakhir menjadi peringatan bagi mereka yang ingin masuk ke Cina. Ekspansi besar-besaran tidak boleh dilakukan secara gelap mata, semata karena tergiur pangsa pasar. Jangan sampai untung berakhir buntung.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti