tirto.id - Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), memaparkan pendapatnya mengenai kriteria untuk calon Ketua Umum Partai Golkar sebagai pengganti Aburizal Bakrie (ARB) yang akan ditentukan di Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada April 2016 nanti. Lantas, sosok seperti apa yang diharapkan JK untuk memimpin Golkar?
Tokoh nasional yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Golkar ini menilai, partai beringin harus memiliki pemimpin yang benar-benar bisa meyakinkan rakyat, bukan orang yang masih atau sedang terlibat persoalan hukum. Syarat tersebut menurut JK mutlak dibutuhkan untuk mengembalikan citra Partai Golkar yang sempat meredup.
"Golkar harus bisa berkembang dan harus mempunyai program yang berpihak pada rakyat. Oleh karena itu, pimpinannya harus dipercaya dan tentu tidak mempunyai masalah masalah-masalah hukum," tandas Jusuf Kalla di Jakarta, Senin (29/2/2016).
JK juga berharap kader-kader Partai Golkar yang potensial turut maju ke bursa calon pemilihan ketua umum di Munaslub nanti. "Diharapkan orang yang mobilitasnya tinggi dan mempunyai kemampuan untuk mengurus daerah-daerah sehingga dibutuhkan orang yang tentu mampu,” paparnya.
“Tidak harus tokoh elit di Jakarta, tapi bisa dari daerah," imbuh politisi kawakan asal Sulawesi Selatan yang sudah bergabung dengan Partai Golkar sejak era 1960-an ini.
Sejauh ini, beberapa nama yang disebut-sebut bakal maju untuk memperbutkan kursi nomor satu di Partai Golkar memang telah mengemuka, salah satunya adalah Setya Novanto yang kini menduduki posisi sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).
Namun, kans Setya Novanto untuk terpilih di Munaslub nanti dinilai oleh beberapa pihak cukup sulit. Pasalnya, ia pernah tersangkut beberapa perkara dan menjadi sorotan publik yang membuat Setya Novanto terpaksa mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR).
“Setya Novanto memiliki rekam jejak panjang dengan masalah hukum dan etika,” sebut pengamat Politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio.
“Jika ia (Setya Novanto) maju sebagai ketua umum Partai Golkar, dikhawatirkan dapat mempengaruhi citra Partai Golkar ke depan,” tambahnya.