tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menuturkan, suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) alias Fed Fund Rate (FFR) sudah mencapai puncaknya. Dia pun memprediksi Bank Sentral AS tidak ada mengerek suku bunga kembali.
"Kami meyakini FFR mencapai puncaknya," ujarnya dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Mei 2023, di Kantornya, Jakarta, (25/5/2023).
Federal Reserve (Fed) menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi antara 5 sampai 5,25 persen ke level tertingginya dalam 16 tahun. Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.
"Kami probabilitas bagi FFR naik di Juni enggak terlalu besar, akan tetap stay," jelasnya.
Tetapi, dia menjelaskan saat ini perlu diperhatikan terkait inflasi di AS yang cenderung melambat. Padahal, Perry menilai suku bunga acuan meningkat.
"FFR kemungkinan akan stay. Agak berbeda dengan analisis FFR akan turun di akhir tahun," tegas Perry.
Untuk diketahui, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75 persen. Selain itu, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,0 persen persen dan suku bunga lending facility di 6,5 persen.
“Berdasarkan hasil asesmen Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 24 dan 25 Mei 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen," kata Perry.
Perry menjelaskan keputusan mempertahankan suku bunga ini tetap konsisten untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan. Bank Sentral meyakini suku bunga yang ada saat ini 5,75 persen tersebut memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada pada kisaran 3 plus minus 1 persen di sisa tahun 2023.
"Dan inflasi indeks harga konsumen IHK dapat kembali di ke dalam sasaran 3 plus minus satu 1 persen pada kuartal III-2023," jelasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin