Menuju konten utama
Piala Dunia 2018

Inggris vs Belgia: Tetap Bermain Serius, Namun Inggris Perlu Rotasi

Jika menjadi runner-up, peluang Inggris melenggang hingga final lebih mudah. Momen ini bisa dimanfaatkan untuk merotasi pemain.

Inggris vs Belgia: Tetap Bermain Serius, Namun Inggris Perlu Rotasi
Ilustrasi Inggris vs Belgia. tirto.id/Rangga

tirto.id - Bagan tim-tim yang akan bertarung di fase gugur telah terbentuk. Negara-negara unggulan sudah memastikan lolos ke babak 16 besar, hanya Jerman yang secara mengejutkan gagal lolos.

Pada bagan fase knock-out, kekuatan antara dua sisi amatlah timpang. Pada bagan sebelah kiri, ada tim-tim besar yang akan bertarung untuk memperebutkan satu kursi pada laga final. Di antaranya Uruguay, Portugal, Perancis, Argentina, Meksiko dan Brazil.

Sedangkan pada bagan lainnya, tim yang lolos relatif lebih ringan. Di antara enam negara yang sudah lolos pada bagan ini, Spanyol yang diprediksi menjadi tim favorit. Sebab lawan yang akan bersaing dengan mereka hingga laga final mayoritas tim-tim kuda hitam seperti Rusia, Kroasia, Denmark, Swedia dan Swiss.

Pada setiap bagan masih ada dua slot sisa. Juara grup G akan bertemu runner-up grup H. Sedangkan juara grup H akan berjumpa runner-up grup G. Jika harus memilih, tentu saja opsi bergabung di bagan kanan terasa lebih ringan bagi Inggris.

Jika ini terjadi maka potensi Inggris untuk lolos ke semifinal lebih terbuka di atas kertas. Setelah melawan Jepang/Senegal/Kolombia pada babak 16 besar, pada babak perempat final lawan yang akan dihadapi adalah pemenang antara Swedia vs Swiss.

Situasi akan berbeda jika pada laga nanti malam Inggris menaklukan Belgia dan jadi pemuncak grup G. Otomatis mereka akan bergabung dalam bagan kiri yang dihuni tim-tim raksasa. Jika lolos hingga perempatfinal, mereka akan berjumpa Brasil, sebab Tim Selecao diprediksi akan menang melawan Meksiko di babak 16 besar.

Terakhir kali Inggris lolos ke semifinal terjadi pada Piala Dunia 1990. Sejak saat itu, saat mereka lolos dari fase grup, mereka selalu dihentikan tim-tim kuat sebelum semifinal: Argentina di Piala Dunia 1998, Brasil di Piala Dunia 2002, Portugal di Piala Dunia 2006, Jerman di Piala Dunia 2010.

Namun "mengalah" atau "melepas" pertandingan melawan Belgia, yang akan menentukan siapa yang akan menjadi juara grup, juga tidak sepenuhnya ideal. Ada persoalan momentum yang mesti dijaga. Ritme yang sedang enak, dengan menang dua kali beruntun atas Tunisia dan Panama, membuat energi dan mentalitas Inggris sedang bagus-bagusnya.

Belgia juga lawan yang tepat untuk menguji kekuatan Inggris yang sebenarnya. Sama seperti Inggris, Belgia pun punya catatan kemenangan yang sama. Mereka menang 3-0 atas Panama dan 5-2 atas Tunisia. Secara statistik, baik selisih gol maupun jumlah memasukan dan kemasukan, Inggris dan Belgia punya angka sama yaitu 8 berbanding 2.

Jalan tengahnya adalah tidak melepas pertandingan melawan Belgia, namun melakukan rotasi di sejumlah posisi dengan berbagai pertimbangan.

Rotasi Agar Lini Belakang Komplit di 16 Besar

Dari 23 pemain yang dibawa ke Rusia, pada dua laga terakhir Soutgate setidaknya sudah menurunkan 17 pemain. Posisi yang tidak tergantikan adalah kiper Jordan Pickford, trio bek Kyle Walker, John Stones, Harry Maguire, wingback kiri Ashley Young serta gelandang bertahan Jordan Henderson. Enam pemain itulah yang bermain full selama 180 menit. Dari komposisi ini terlihat Inggris memang belum memiliki masalah berarti di sektor pertahanan.

Faktor Ashley Young sebagai wingback kiri dan Kyle Walker yang semula fullback kanan lalu digeser jadi bek tengah membuat lini pertahanan Inggris begitu cair. Bentuk pertahanan Inggris dengan mudah bertransformasi dari tiga bek menjadi empat bek tanpa harus mengganti pemain. Caranya dengan memundurkan Ashley Young jadi fullback kiri dan menggeser Walker jadi fullback kanan. Di klubnya, Manchester United dan Manchester City, dua pemain ini berposisi sebagai sebagai fullback.

Bandingkan dengan pakem tiga bek yang diterapkan Antonio Conte di Juventus dan dibawa ke Chelsea dua tahun lalu. Salah satu yang khas dari pakem ini adalah peran seorang bek tengah untuk memulai serangan dengan umpan-umpan panjang dari lini belakang.

Jika di Juventus Conte memakai Giorgio Chielini dan Leonardo Bonucci, maka Southgate menugaskan Walker dan Stones. Data Whoscored mencatat dua pemain itu menjadi pemain yang dengan rataan umpan-umpan jauh terbanyak. Per game Walker melakukan 8 umpan jauh, sedangkan Stones 6. Sepakan jauh dari Walker biasanya ditendang ke arah sayap kiri yang kemudian disambut Kieran Trippier

Tak hanya soal mengirim umpan, tiga pemain belakang Inggris ini juga punya kemampuan bagus saat menyerang khususnya menghadapi bola-bola mati. Stones dan Maguire bahkan masuk dalam lima besar pemain Inggris yang terbanyak membuat peluang. Stones di urutan tiga dengan 2,5 tembakan per game, sedang Maguire di urutan kelima dengan 1,5 tembakan per game.

Kesolidan tiga pemain ini saat bertahan dan menyerang memang tak tergantikan. Namun Southgate mesti mewaspadai risiko skorsing. Walker sempat mendapat kartu kuning saat melawan Tunisia.

Jika ingin trio lini belakang ini tampil komplit di babak 16 besar, pelatih mesti mengambil langkah membangkucadangkan Walker dan merotasinya dengan pemain lain. Gary Cahill berpeluang menggantikan Walker. Ia punya pengalaman bermain tiga bek bersama Conte di Chelsea.

Para Gelandang dan Penyerang yang Mesti Beristirahat

Jordan Henderson atau Eric Dier menjadi topik debat sebelum Piala Dunia digelar. Namun debat itu tampaknya kini telah usai. Pada dua laga terakhir, tugas yang dibebankan kepada Henderson terbukti berjalan dengan baik. Meski begitu ia dikritik karena tidak bisa bermain ke arah lain selain (mengumpan) ke samping. Perannya dalam lini depan sedikit dipertanyakan.

Saat melawan Tunisia, misalnya, Michael Cox menyoroti Henderson enggan mengambil risiko. Alhasil saat Tunisia menumpuk pemain di belakang dengan mengubah formasi jadi 5-3-1-1, Henderson kesulitan memberi umpan pada Jesse Lingard dan Delle Alli sebab posisinya terlalu dalam. Untuk membongkar skema itu, Southgate mesti menarik Alli dan memasukan gelandang lain yakni Loftus-Check.

Kans Henderson diganti oleh Dier agak terbuka pada laga malam nanti, terutama dengan alasan rotasi menjaga kebugaran. Pemain Spurs itu dpuji mempunyai visi pertahanan yang lebih baik. Dulu ia memang diplot oleh Manuel Pochetino sebagai bek. Kedekatan Dier dan Southgate pun sudah terjalin saat dia membesut Inggris U-21.

"Tidak ada yang berbicara tentang dia [Dier], padahal pada kualifikasi dan ujicoba, Dier selalu dimainkan," kata Arsene Wenger kepada BeIN Sports. “Dia bisa bermain di tengah pertahanan dan sebagai gelandang. Saya tidak tahu mengapa dia belum digunakan."

"Dier selalu menjadi bagian besar dari rencana kami," kata Southgate kepada SkySport. "Dia adalah pemain yang sangat cerdas, sangat sadar dan dia adalah bagian penting dari skuad kami dan telah menjalani semua perjalanan kami," katanya.

infografik head to head inggris vs belgia

Rotasi juga harus dilakukan Southgate pada gelandang lain. Terlalu berisiko jika memainkan Delle Alli yang baru saja pulih dari cedera paha pada pertandingan melawan Tunisia. Alli tak bisa turun saat laga melawan Panama hingga digantikan Loftus-Cheek yang juga tampil baik. Namun Loftus-Cheek juga bisa diistirahatkan sebab sudah mengantungi 1 kartu kuning. Karena itu, kesempatan emas bagi Fabian Delph mengisi posisi kosong ini dari menit-menit awal.

Pergantian pemain juga dapat dilakukan pada sisi gelandang sayap. Young bisa dibangkucadangkan diganti oleh Danny Rose. Sebelum turnamen, Southgate sebetulnya lebih mengandalkan Rose ketimbang Young. Berhubung kebugaran Rose yang dinilai tak maksimal, ia lebih memilih Young yang ternyata bermain optimal.

Saat melawan Panama, Rose diberi kesempatan bermain mengganti Kieran Trippier pada babak kedua. Kehadiran Rose membuat Young bergeser ke posisi sayap kanan mengisi posisi yang ditinggalkan Trippier.

Dibandingkan Young, Rose adalah bek kiri alami yang mungkin bisa lebih kuat dalam bertahan saat lawan bermain terbuka. Ia juga tidak kalah agresif. Saat melawan Panama, sentuhan Rose hampir tiga perempatnya ada di area pertahanan lawan. Ini berbeda dengan Young yang lebih banyak bertahan. Tertahannya Young disebabkan faktor Jesse Lingard yang bermain melebar. Sifat Rose lebih agresif bisa membuat Inggris bermain dengan cara berbeda saat menghadapi Belgia.

Di barisan juru gedor, penyerang Harry Kane tampil spektakuler di dua laga awal. Total lima gol telah ia sarangkan. Itulah kenapa Kane tetap ngotot ingin tampil saat melawan Begia nanti. Namun jelas mengejar Golden Boot bukan prioritas untuk Inggris. Agenda tim jelas lebih besar daripada ambisi pribadi.

"Jelas itu akan sangat penting bagi Harry, namun saya harus menyeimbangkan apa yang tepat untuk skuad ini," kata Southgate pekan ini.

Garry Neville juga menyarankan Kane untuk diistirahatkan. "Anda punya kesempatan memainkan penyerang tengah [selain Harry Kane] dan kenapa tidak melakukannya," tutup Neville.

Kata dia, inilah momen tepat Inggris mencoba lepas dari ketergantungan terhadap Kane. Opsi yang bisa ditawarkan untuk mengganti Kane adalah Jamie Vardy.

Hal sama juga bisa dilakukan untuk Raheem Sterling. Ia dikritik terlalu pasif dan enggan melakukan disposisi. Selain itu ia pun dikritik gagal jadi penghubung lini tengah ke Harry Kane.

"Ia belum memainkan peran sebagai pengalir bola seperti yang biasa ia lakukan di Manchester City," ucap bekas pelatih Inggris, Sam Allardyce kepada Express.

Posisi Sterling cocok untuk digantikan Marcus Rasford. "Saya tidak akan mengatakan Raheem Sterling memiliki naluri sebagai pencetak gol alami. Apa yang dimiliki Sterling tidak se-alami Rashford, dan semakin banyak penyerang memiliki naluri mencetak gol, semakin besar kesempatan yang Anda miliki untuk mewujudkan gol itu,” tutur Allardyce.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan