Menuju konten utama

Industri Petrokimia Berpeluang Tumbuh Walaupun Ekonomi Lesu

Konsumsi produk petrokimia Indonesia yang cukup tinggi mengakibatkan sektor industri ini masih berpeluang tumbuh di tengah kelesuan ekonomi.

Industri Petrokimia Berpeluang Tumbuh Walaupun Ekonomi Lesu
Menteri Perindustrian Saleh Husin (kiri) berbincang dengan Vice Presiden Corporate Relations PT Chandra Asri Petrochemical tbk (cap) Suhat Miyarso (kanan) saat meninjau fasilitas naphta cracker baru di Cilegon, Banten, Jumat (12/2).

tirto.id - Industri Petrokimia berpeluang meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia.

Hal ini muncul akibat masih rendahnya konsumsi plastik di Indonesia dan fakta bahwa sebagian besar kebutuhan produk petrokimia khususnya plastik masih diimpor.

Hal ini dikemukakan oleh pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Imaduddin Abdulah.

"Pertumbuhan sektor indutri petrokimia khususnya plastik dipengaruhi tingkat konsumsi masyarakat yang tetap menguat dan tidak terpengaruh melemahnya ekonomi global maupun domestik," kata Imaduddin dalam media gathering yang diselenggarakan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Anyer, kabupaten Serang Banten, Minggu, (25/09/2016).

Imaduddin mengatakan konsumsi produk makanan dan minuman tidak pernah surut membuat industri kemasan/ plastik tetap menguat, begitu juga dengan stabilnya industri otomotif yang memang banyak menggunakan komponen plastik.

Secara makro Imaduddin melihat investasi mengalami penurunan, namun pertumbuhan ekonomi terselamatkan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat sehingga daya beli masyarakat harus terus dijaga kedepannya.

Bahkan Imaduddin melihat kerjasama Chandra Asri dengan Michelin untuk memproduksi karet sintetis bagi industri ban akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi ke depannya, jelas dia.

Konsumsi masyarakat ini diperkirakan akan terus menguat dengan kebijakan amnesti pajak yang terus digulirkan pemerintah. Hal ini akan mendorong semakin bertambahnya dana-dana masyarakat di dalam negeri, ungkap dia.

Imaduddin menjelaskan jumlah penduduk besar dan ketersediaan lapangan pekerjaan membuat konsumsi masyarakat memberikan kontribusi 62 persen terhadap ekonomi, lebih tinggi dibanding belanja pemerintah yang hanya memberi kontribusi 10 persen.

Imaduddin juga meminta agar pemerintah tidak terburu-buru memberlakukan wacana cukai plastik yang justru akan memberikan dampak negatif terhadap industri petrokimia.

"Konsumsi plastik masih rendah serta industri petrokimia sedang tumbuh kalau dikenakan cukai bisa memberikan dampak sebaliknya terhadap upaya mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Imaduddin mengingatkan.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra