Menuju konten utama

INDEF Tanggapi Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar

Bhima menyatakan Bank Indonesia bisa mengintervensi dengan cadangan devisa untuk menjaga nilai rupiah.

INDEF Tanggapi Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta, Rabu (8/11/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar pada Kamis (1/3/2018) melemah mencapai level Rp13.793 per dolar AS dari yang sebelumnya mencapai Rp13.707 pada Rabu dan Rp13.650 pada Selasa.

Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, memprediksikan nilai rupiah akan terus melemah hingga Maret mendatang.

"Titik terendah pelemahan rupiah bisa mencapai Rp14.000 per dolar tahun ini," ujar Bhima kepada Tirto pada Kamis (1/3).

Sehingga ia menyarankan Bank Indonesia agar berupaya menjaga nilai rupiah berada di level Rp13.800 untuk menjaga psikologi pasar.

Salah satu upaya itu, kata dia, Bank Indonesia bisa mengintervensi dengan cadangan devisa yang ada, yakni sebesar 131,980 miliar dolar AS.

"Tapi konsekuensinya cadev [cadangan devisa] akan terkuras. Kondisi ini pernah terjadi November 2016 saat tekanan Fed-rate naik, cadev terpaksa turun USD 4 miliar dolar agar rupiah tetap terjaga," terang Bhima.

Ia menyatakan, pada 2016, nilai rupiah bergejolak di level Rp13.400. Sementara nilai rupiah terpuruk pernah berada di level Rp14.165, yakni pada September 2015.

"Itu angka paling anjlok sejak 1998. Jadi, pada bulan ini tekanannya enggak sebesar pada 2015, tapi tekanan sekarang lebih tinggi dibanding 2016," kata Bhima.

Ia juga menyarankan agar pemerintah memperkokoh cadangan devisa rupiah guna mengendalikan harga rupiah terhadap dolar AS.

"Pemerintah perlu memperkuat fundamental perekonomian dan cadangan devisa melalui peningkatan ekspor non-migas dan devisa pariwisata," ucapnya.

Menurut dia, pelaku pasar juga sudah menebak pada Maret nanti akan ada kenaikan suku bunga AS. Diperkirakan, kenaikan itu akan terjadi sebanyak 3 kali.

"Gubernur The Fed baru, Jerome Powell dalam keterangan resminya memang mengisyaratkan suku bunga akan naik dalam waktu dekat. Powell mengkonfirmasi bahwa Fed solid melakukan pengetatan moneter dan normalisasi balance sheet-nya tahun ini," terangnya.

Kebijakan Fed ini lantas memicu Bank Sentral negara maju, seperti Bank Sentral Eropa, European Central Bank (ECB) dan Bank Sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), melakukan pengetatan moneter. Itu adalah efek snowball yang dikhawatirkan pelaku pasar.

Tanggapan Gubernur Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan bahwa Bank Indonesia siap mengintervensi agar stabilitas nilai tukar rupiah di pasaran tetap terjaga.

"Dalam hal ini kita juga memberikan pesan bahwa BI tetap akan memberikan keleluasaan nilai tukar rupiah untuk bisa mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Kalau misal ada kondisi yang tidak sesuai dengan fundamental ekonomi kita, tentu BI akan hadir untuk menstabilkan," terang Agus pada Selasa (27/2/2018).

Agus menyebutkan, cadangan devisa yang dikelola Bank Indonesia cukup mampu mengintervensi ke pasar valuta asing, jika nilai tukar rupiah nanti semakin tertekan.

"Selama tiga tahun terakhir kita lihat pasar uang kita likuiditasnya bagus, comfortability dan credibility-nya bagus," ucapnya.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto