tirto.id - Pansus Hak Angket DPR untuk KPK bertemu dengan sekitar 20 mahasiswa Iluni (Ikatan Alumni) Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) hari ini, Jumat (7/7/2017). Pertemuan yang diadakan di ruang KK II Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta tersebut berlangsung ricuh dengan perdebatan dari kedua belah pihak.
Bibit perselisihan Pansus dengan Iluni UI sebenarnya sudah muncul sejak awal audiensi. Awalnya, Iluni UI dan ITB ini berkumpul di depan gerbang gedung MPR/DPR untuk menemui Pansus Hak Angket KPK yang mereka sebut ‘anggota dewan yang terhormat’.
Iluni UI dan ITB tidak mengakui Ketua Pansus Angket KPK Agun Gunandjar Sudarsa, dan anggota DPR lainnya yang tergabung dalam Pansus Hak Angket.
“Kami tidak mengakui adanya pansus ini (hak angket KPK),” teriak salah satu pemimpin aksi demonstrasi, Muhammad Syaeful Mujab.
Mujab yang juga Ketua BEM UI dan perwakilan lain tidak mau mengisi daftar hadir yang dibuat oleh pihak Pansus Hak Angket. Menurut Iluni UI dan ITB, mereka hadir di ruang KK II bukan untuk berdialog dengan Agun Gunandjar, Masinton Pasaribu, Muhammad Misbakhun, Risa Mariska, Junimart Girsang, Daeng Muhammad, dan Eddy Kusuma Wijaya, melainkan untuk mengajak Agun sebagai Ketua Pansus Hak Angket menemui para perwakilan Iluni UI dan ITB di jalanan.
Iluni UI dan ITB merasa Pansus hanya melemahkan KPK. Tindakan yang dilakukan Pansus di mata Iluni UI dan ITB sudah memiliki intensi yang buruk bagi masyarakat kecil yang dirugikan koruptor.
Banyaknya kasus yang terjadi dan perlakuan terhadap para koruptor dirasa Iluni UI dan ITB sebagai sebuah kewajaran dan tidak perlu diubah.
Menanggapi hal itu, Anggota Pansus Hak Angket KPK Masinton Pasaribu merasa bahwa koruptor juga punya hak sebagai warga negara.
“Dia (koruptor) warga negara, dia bersalah, dia sudah diproses hukum. Jangan kejam-kejam amat,” ujar Masinton menimpali protes mahasiswa.
Mendengar jawaban itu, Iluni UI dan ITB malah semakin beringas.
“Patut kita mengampuni koruptor?” ujar Mujab.
“Tidak!” seru anggota lainnya.
Mereka memprotes perkataan Masinton yang dirasa malah memihak para pelaku kejahatan negara tersebut. “Sekarang Anda berani enggak Pak [Masinton] di luar?” tantang Ardhi Rasy Wardana dari ITB.
Menjawab pertanyaan ini, Masinton mengaku enggan untuk pergi ke luar. Baginya, mahasiswa ini tidak memiliki tata tertib. Masinton bahkan sempat membentak salah satu mahasiswa yang berdiri semenjak audiensi dimulai untuk duduk di tempatnya.
“Di sini saja kalian enggak tertib, gimana di luar?” ujar Masinton.
Sedangkan Agun Gunandjar menganggap percuma saja audiensi dilakukan jika Iluni UI dan ITB tidak mengakui Agun dan anggota DPR lainnya sebagai Pansus. Agun bahkan memaparkan bahwa Iluni UI dan ITB membuang daftar hadir dan menolak duduk di kursi yang telah disediakan.
Sejatinya, Agun sudah bersedia bertemu dengan para mahasiswa yang menunggu di depan gerbang gedung MPR/DPR andaikata mereka mau mengakui adanya audiensi dengan Pansus Hak Angket KPK. Namun, Iluni UI dan ITB ini dengan tegas menolak mengakui hal itu.
“Kalau Anda tidak mengakui kami, lalu saya datang ke sana sebagai apa?” pungkas Agun.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto