tirto.id - Sejumlah 1.172 pedagang pasar dinyatakan positif COVID-19 setelah melakukan tes swab. Pedagang yang positif COVID-19 ini berada di 201 pasar yang tersebar di 26 provinsi pada 83 kabupaten/kota.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat, kenaikan kasus terjadi akibat dalam satu minggu terakhir pemerintah secara masif melakukan rapid dan tes swab kepada pedagang.
"37 pedagang meninggal dunia dan itu adalah pukulan berat bagi kami sekaligus motivasi agar mendorong kita lebih giat, lebih aktif, dan lebih progresif dalam melakukan sosialisasi protokol kesehatan di pasar," kata Ketua bidang organisasi DPP IKAPPI Muhammad Ainun Najib melalui keterangan tertulisnya, Senin (20/7/2020).
Banyaknya kasus pedagang positif COVID-19, maka 142 pasar telah ditutup pada periode beberapa bulan terakhir. Akibatnya, beberapa pasar yang ditutup itu mengalami kerugian berat bagi pedagang.
Pasalnya, para pedagang tidak lagi bisa berjualan karena kegiatan operasional pasar telah dihentikan sementara waktu. Sehingga menyebabkan terhentinya juga pendistribusian pangan di daerah tersebut.
"Jika itu terus terjadi, akan membawa dampak sosial dan ekonomi yang cukup sulit di daerah tersebut," ucapnya.
IKAPPI sendiri saat ini tengah menggalang dukungan dari semua pihak untuk bersama-sama menjalankan kebijakan agar dapat meringankan beban pedagang. Sebab omset pedagang terus mengalami penurunan.
Oleh karena itu, IKAPPI mendorong agar pemerintah daerah lebih memerhatikan dan sensitif terhadap pasar tradisional. Setiap kebijakan yang dikeluarkan, harus memiliki tujuan untuk menyelamatkan pedagang dan pengunjung dari ancaman Covid-19.
Kebijakan yang tengah dirumuskan oleh IKAPPI, Pengelola Pasar, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) seperti memasang sekat plastik, membagikan masker dan nampan kecil untuk pertukaran uang.
Selain itu, pihaknya juga mendorong agar pengelola pasar bersama dengan pemerintah daerah atau BNPB daerah melakukan penyemprotan disinfektan pada saat jam operasional pasar tradisional berhenti beroperasi.
Paling tidak satu minggu dua kali dilakukan. Ini penting untuk dilakukan agar sterilisasi di pasar bisa dijaga dan isolasi bisa dilakukan.
"Maka kami mendorong semua pihak, lembaga, dan elemen untuk bergotong-royong membangun pasar yang aman, pasar yang sehat, sehingga ekonomi bisa tumbuh dan bangkit seperti sediakala," jelas dia.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri