Menuju konten utama
Pasar Modal Indonesia

IHSG Dibuka Stagnan di Level 6.940, Ini Faktor Pendorongnya

"Posisi tertinggi indeks mencapai 6.947 dan terendah ada di level 6.939."

IHSG Dibuka Stagnan di Level 6.940, Ini Faktor Pendorongnya
Karyawan mengambil gambar menggunakan ponselnya layar yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/1/2023). IHSG ditutup melemah 14,07 poin atau minus 0,2 persen di level 6.860 pada Selasa (24/1). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan di level 6.940 pukul 09.00 WIB, pada perdagangan Kamis (9/2/2023). Posisi tertinggi indeks mencapai 6.947 dan terendah ada di level 6.939.

Mengutip RTI Business, nilai transaksi IHSG pagi ini sudah Rp183,3 miliar dan kapitalisasi pasar mencapai Rp9.594 triliun. Selain itu, setidaknya ada 145 saham yang bergerak menguat dan 103 saham melemah. Sementara sisanya 257 stagnan.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani memperkirakan, indeks akan bergerak mixed dalam range level 6.858 - 7.000. Setelah pada perdagangan kemarin IHSG menguat menguat sebesar +0,07 persen atau +4,82 poin di level 6.940.

Pergerakan indeks dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia periode Januari 2023 meningkat di level 123, lebih tinggi dibanding level sebelumnya yaitu 119 dan lebih tinggi di atas konsensus di level 120. Hal tersebut didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat meningkat pada keseluruhan komponen pembentuknya, terutama Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja.

Dari mancanegara, Balance of Trade Jepang pada Desember 2022 tercatat surplus sebesar JPY33,4 miliar, namun jumlah tersebut lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar JPY1,8 triliun. Hal ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar mata uang Jepang yang menurun.

Sementara itu, inflasi Filipina pada Januari 2023 tercatat naik di level 8,7 persen YoY, level tertinggi dari periode sebelumnya yang tercatat di level 8,1 persen YoY dan inflasi tertinggi dalam 14 bulan terakhir.

Baca juga artikel terkait EKBIS atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat