Menuju konten utama

IDI Aceh: Sekitar 200 Tenaga Medis di Aceh Positif COVID-19

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mencatat 10 persen dari angka positif COVID-19 di Aceh adalah tenaga medis, dengan jumlahnya sudah mendekati 200 orang.

IDI Aceh: Sekitar 200 Tenaga Medis di Aceh Positif COVID-19
Seorang tenaga kesehatan dengan pakaian pelindung diri lengkap berjalan di ruangan pemeriksaan COVID-19 di rumah sakit rujukan COVID-19 RSUD Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (13/7/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.

tirto.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mencatat bahwa sekitar 200 orang tenaga medis di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu dilaporkan telah terkonfirmasi positif COVID-19.

"Banyak tenaga kesehatan yang sudah terkena, bahkan mencapai 10 persen dari angka positif kita itu adalah tenaga medis, sudah mendekati 200 orang," kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman, di Banda Aceh, Sabtu (29/8/2020) dilansir dari Antara.

Ia menjelaskan, IDI Aceh telah mencatat sekitar 200 orang tenaga medis yang positif terpapar, baik dari kalangan dokter, perawat, dan bidan. Namun, datanya sangat fluktuatif, karena ketika penambahan kasus ada datanya belum masuk ke laporan.

Menurut Safrizal, mayoritas paramedis yang terinfeksi tidak memiliki gejala atau asimtomatik, sehingga hanya membutuhkan waktu untuk isolasi mandiri. Hanya sedikit yang memiliki gejala sehingga harus dirawat di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU).

"Tetapi memang kita bersyukur, sangat sedikit sekali yang dalam kondisi berat, dalam kondisi harus masuk ke RICU, walau pun ada tapi rata-rata mereka tanpa gejala atau asimtomatik, ini hanya memerlukan isolasi mandiri," ujarnya.

Sebab itu, menurut dia, perlu upaya dari rumah sakit untuk melindungi paramedis dengan segala macam cara. Seperti di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh telah membuat UGD panapisan yang terpisah, memperketat proses skrining, sehingga pasien tidak bercampur.

"Karena dua hal yang terjadi di rumah sakit, kalau enggak pasien yang menularkan ke tenaga medis atau tenaga medis menularkan kepada pasien, bisa saja," katanya.

Tetapi hal yang paling penting juga, lanjut Safrizal, paramedis harus memperhatikan aktivitas di luar rumah sakit. Bisa saja petugas tidak terpapar saat di rumah sakit karena memakai alat pelindung diri (APD) yang lengkap, tetapi dapat terular dalam kegiatan keseharian di tempat orang ramai.

"Kami mengimbau melalui ketua IDI di kabupaten/kota supaya menerapkan berbagai macam protokol yang sudah ada dan belum terlaksana sehingga dengan protokol yang bagus ini bisa mengurangi dampak tenaga medis terpapar positif karena dibawa pasien," ujarnya.

Baca juga artikel terkait TENAGA MEDIS POSITIF CORONA

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Bayu Septianto