tirto.id - Sejumlah ibu-ibu petani Kendeng kembali melakukan aksi teatrikal bersama dengan Sanggar Si Pitung Rawa Belong di seberang Istana Presiden guna menuntut penuntasan kasus pabrik semen di wilayah Kendeng.
Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Asfinawati yang ikut bergabung dalam aksi itu mengatakan pemerintahan Jokowi-JK masih belum satu suara dalam mengatasi masalah ini.
"Ada tendensi ESDM mau menyimpangi putusan Mahkamah Agung dan tetap ingin ada pabrik semen di sana" ujar Asfina, Rabu, (26/9).
Asfina juga mengaku aneh karena sampai ini pemerintah tidak menindaklanjuti kasus tersebut. Padahal, petani Kendeng sudah memenangkan gugatan di Mahkamah Agung terkait pembatalan izin lingkungan kegiatan penambangan dan pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia di pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang sejak tahun 2016.
"Putusan MA sudah dari 2016, harusnya kan sudah eksekusi" kata dia.
Ia curiga ada beberapa orang dibelakang Presiden Jokowi yang 'memberikan bisikan' terkait kasus Kendeng, "Karena pada awalnya presiden bilang ia akan berada di posisi Petani tapi terakhir kali justru ada suara-suara ini salah Gubernur setempat," ungkap Asfina.
Pada hari Senin (24/9) kemarin, sebanyak 17 petani Kendeng, Jawa Tengah juga menggelar aksi di seberang Istana Presiden. Mereka tetap menolak pengelolaan penambangan semen di daerah mereka.
"Kami tak lelah untuk menyuarakan penolakan aktivitas penambangan. Kami menagih janji presiden tapi tidak dengan cara marah-marah, kami menagih dengan lagu dan musik gamelan," ujar Gun Retno, petani Kendeng yang turut dalam aksi. Aksi ini mereka lakukan sekaligus memperingati Hari Tani Nasional.
Gun Retno mengatakan para petani Kendeng menagih janji Presiden Jokowi pada 2 Agustus 2016 lalu. Ketika itu Presiden Jokowi sepakat untuk membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) lebih dulu sebelum pabrik Semen Indonesia beroperasi.
Penulis: Atik Soraya
Editor: Alexander Haryanto