tirto.id - Dinosaurus punah sejak 66 juta tahun lalu karena hujan asteroid. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa, ada kemungkinan hujan asteroid tersebut juga menimbulkan tsunami besar.
Dilansir dariSpace, tim peneliti menggali kawah Chicxulub, wilayah bekas dampak bencana di Semenanjung Yucatan, Meksiko. Mereka mengambil batu dari kedalaman 500 dan 13 ribu meter di bawah permukaan tanah.
Peneliti menganalisa sampel puncak dari inti kawah untuk mencari molekul polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), yang merupakan senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen.
Nama aromatic di PAH sendiri tidak merujuk pada bau-bauan, melainkan bentuknya yang seperti cincin.
Dalam sampel yang didapat, para ilmuwan menemukan PAH yang disebut perylene, yang berasal dari pigmen yang dibuat oleh jamur penghancur kayu.
Kehadiran senyawa tersebut menunjukkan bahwa tsunami setinggi beberapa ratus meter yang diduga membanjiri kawah dalam beberapa hari setelah dampak asteroid.
"Kelimpahan perylene di dalam sampel kawah disebabkan oleh pengangkutan yang terjadi oleh puing-puing tanah dan tanaman yang terbawa oleh tsunami," kata Kliti Grice, ahli geokimia di Universitas Curtin, Australia.
Ia menambahkan, penemuan ini menunjukkan pada para ilmuwan apa yang terjadi sesudah hujan asteorid menghantam bumi dan memusnahkan sebagian spesies besar.
Tsunami ini juga diduga berandil besar membunuh populasi dinosaurus yang tersisa. Hujan asteroid ini menimbulkan bencana besar, kebakaran seperti neraka yang sangat singkat, diikuti pendinginan global yang lama.
Sebagian makhluk hidup pada saat itu tidak dapat mentolerir perubahan suhu ekstrem yang sangat cepat, kemudian binasa karenanya.
"Kami menggoreng [sampel yang kami temukan], lalu membekukannya," kata Sean Gulick, ketua peneliti dari Universitas Texas.
Dengan begitu, peneliti mendapat gambaran jelas tentang apa yang terjadi dan bagaimana makhluk hidup serta lingkungan dapat bertahan.
Tsunami yang terjadi dipicu oleh hujan asteroid tersebut diduga mendorong air di dasar laut lebih dari 20 cm per detik. Aliran air yang cukup kuat untuk menyapu endapan di dasar laut,EOS.org melansir.
Timothy Bralower, ilmuwan geologi dari Universitas Pensylvania mengatakan dampak tsunami tersebut sangatlah signifikan.
"Ahli geologi sekarang dapat mengumpulkan sedimen di lokasi yang jauh dari kawah untuk mendeteksi sidik jari tsunami," kata Brawoler.
"Itu pasti tsunami terbesar yang pernah ada," lanjutnya.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo