tirto.id - Hillary Clinton telah mencetak sejarah sebagai perempuan pertama yang berdiri di debat pemilihan presiden Amerika Serikat pada Senin (26/09/2016) di Hofstra University, Long Island. Debat tersebut sekaligus menjadi kali pertama ia berhadapan langsung dengan pesaingnya, Donald Trump.
Sebelum mengucapkan sepatah kata, Clinton telah menorehkan sejarah baru bagi Amerika Serikat dengan berjalan dan berdiri di podium debat calon presiden. Pada saat itu Clinton menjadi wanita pertama yang melakukannya.
Dikutip dari Huffington Post, Selasa (27/09/2016), peristiwa ini merupakan sesuatu yang penting setelah selama ini hanya laki-laki yang berdebat dalam pemilu presiden. Clinton dianggap dapat menginspirasi perempuan AS lainnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden negara adidaya tersebut.
Gender feminin Clinton menjadi faktor yang berpengaruh dalam kampanyenya untuk menarik dukungan warga AS. Sebagaimana terlansir dalam Rolling Stone, bukan tidak mungkin jika cara berpakaian Clinton, berapa kali ia tersenyum, dan nada bicaranya akan lebih diperhatikan daripada Trump.
Tak hanya itu, ukuran tubuh Clinton yang lebih kecil dibanding rivalnya itu pun memberikan perbedaan di debat presiden tahun ini, yaitu podium yang dibuat menyesuaikan tinggi badan.
Dalam debat pertama dari tiga debat yang direncanakan, Clinton unggul empat poin persentase dengan dukungan 41 persen pemilih. Beberapa warga AS yang menonton jalannya jajak pendapat antara mantan Menteri Luar Negeri dari Partai Demokrat dengan konglomerat dari Partai Republik itu menganggap, Clinton berhasil mengalahkan Trump dengan pertanyaan seputar pajak dan kontroversi Trump sebagai birther.
“Sejauh ini, 17 orang di kelompokku menganggap Hillary menang, 3 orang menganggap Trump yang menang. Pertanyaan soal pajak melemahkan Trump, pertanyaan soal birther menghancurkannya. #MalamDebat,” demikian kicauan di laman Twitter Frank Luntz, konsultan politik Amerika, yang mengatakan
Debat berdurasi 90 menit yang dimulai pukul 21.00 waktu setempat itu sudah menarik perhatian di tingkat nasional maupun internasional enam pekan menjelang pemilihan presiden pada 8 November mendatang. Kantor berita Antara melaporkan, jumlah pemirsa siaran debat diperkirakan sebanyak jumlah penonton Super Bowl yang mencapai 100 juta orang.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari