tirto.id - Istilah herd immunity mulai banyak dikenal dan diperbincangkan masyarakat saat pandemi virus Corona jenis baru, COVID-19.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, herd immunity atau kekebalan kelompok (komunitas) adalah keadaan saat sebagian besar masyarakat terlindungi atau kebal terhadap penularan penyakit tertentu.
Herd immunity akan terjadi ketika begitu banyak orang dalam suatu komunitas menjadi kebal terhadap penyakit menular sehingga penyebaran penyakit itu melambat atau berhenti.
Melansir laman Healthline herd immunity dapat terjadi dalam dua cara, yaitu
1. Banyak orang terjangkit penyakit ini dan pada waktunya membangun respons kekebalan terhadapnya (kekebalan alami).
2. Banyak orang divaksinasi terhadap penyakit tertentu untuk mendapatkan kekebalan.
Dalam kondisi saat ini herd immunity mungkin bisa terjadi, tetapi berharap itu akan menyelamatkan semua orang dianggap sebagai hal yang tidak realistis.
Sebab, hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk mencegah penularan penyakit tersebut dan tingkat infeksi yang sangat cepat di seluruh dunia hingga dapat mengakibatkan kematian.
Ahli epidemiologi yang bekerja pada penyakit kronis di Sydney, Australia, Gideon Meyerowitz-Katz kepada Science Alertmengatakan, sampai kita memiliki vaksin, siapa pun yang berbicara tentang herd immunity sebagai strategi pencegahan COVID-19 adalah salah.
Sehingga, membahas herd immunity lebih tepat ketika suatu penyakit sudah memiliki vaksin, dan pada saat itu kita dapat benar-benar menghentikan epidemi.
Saat ini, hal terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona, COVID-19 adalah dengan cara menggunakan masker saat harus ke luar rumah dan lebih sering mencuci tangan.
Selain itu juga membatasi kontak orang-ke-orang dan mendesak masyarakat untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri sendiri dan orang lain atau yang dikenal dengan istilah social distancing atau physical distancing.
Editor: Agung DH