tirto.id - Keputusan Boy Sadikin mengundurkan diri dari PDIP dinilai akan menjadi kemalangan bagi partai banteng moncong putih itu. Menurut pengamat, PDIP tanpa Boy Sadikin, akan sulit memenangkan pasangan Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta.
"Pengunduran diri putra mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu saya kira akan menjadi pukulan berat bagi PDIP. Bahkan ini boleh disebut sebagai musibah bagi PDIP dalam perhelatan Pilkada DKI Jakarta," ujar pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, (22/9/2016).
Sebagai motor PDIP di DKI Jakarta, Boy Sadikin dianggap mampu melakukan konsolidasi kader di akar rumput yang akan memperkuat dukungan terhadap Ahok-Djarot. Dalam catatan Said, Boy bahkan pernah menciptakan hattrick bagi PDIP dalam kontestasi politik.
“Tahun 2012 dia memenangkan pasangan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI, lalu tahun 2014 dia borong kemenangan PDIP dalam Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden di Ibukota," kata dia.
Said juga menyebut Boy sebagai sosok kharismatik PDIP di level provinsi yang ketokohannya mampu melampaui trah Soekarno. Cucu Soekarno sekaligus keponakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, ujar Said, pernah dikalahkan Boy secara telak dalam Pemilihan Ketua DPD PDIP DKI Jakarta 2014.
“Ini menunjukan besarnya dukungan pengurus dan kader PDIP di tanah Betawi kepada Boy,” imbuhnya.
Menurut pengamatan Said, pengunduran diri Boy itu bukan mustahil akan diikuti dengan hengkangnya pengurus dan kader PDIP lain. Dampaknya, selain kehilangan motor penggerak partai, pengurus dan kader PDIP DKI Jakarta pada gilirannya tidak akan memilih pasangan Ahok-Djarot.
Sebelumnya, mantan Ketua DPD PDIP DKI Jakarta itu menyatakan keluar dari keanggotaan PDIP. Seperti yang sudah dikonfirmasi Boy Sadikin, surat pengunduran dirinya sudah ditujukan kepada Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 21 September 2016.
Anak mantan Gubernur DKI Ali Sadikin ini hengkang karena aspirasinya tentang Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta berbeda dengan keputusan Ketua Umum DPP PDIP. Boy kecewa dengan keputusan PDIP memilih Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon gubernur.
"Saya tidak suka sama Ahok bukan karena SARA, karena Ahok etnis Tionghoa dan Kristen, tapi karena kepribadiannya yang suka memarahi PNS seakan paling benar. Pembuat SARA itu Ahok sendiri," ungkap Boy Sadikin.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari