Menuju konten utama

Hebat, Manchester United Bisa Menahan Imbang Liverpool

Laga Liverpool melawan Manchester United pada Selasa (18/10) dini hari berakhir imbang, tanpa gol, dan bisa jadi merupakan laga paling membosankan sepanjang sejarah pertemuan keduanya. Penonton kecewa.

Hebat, Manchester United Bisa Menahan Imbang Liverpool
Pemain Liverpool Sadio Mane berebut bola dengan Manchester United Fellaini saat bertanding di di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris. [Foto/espnfcasia.com]

tirto.id - Atas segala kehebohan sebelum laga di Anfield, sejarah panjang rivalitas panas kedua klub, pertemuan dua nama besar pelatih yang menjanjikan bentrokan seru, dan sederet janji-janji dan bayangan semua yang hebat-hebat lainnya, sudah selayaknya Liverpool dan Machester United meminta maaf kepada dunia karena telah menampilkan permainan yang amat sangat membosankan.

Yang mereka sajikan sepanjang 90 menit adalah utak-atik bola tanpa imajinasi, tanpa sesuatu yang menghibur, yang terlihat hanya frustrasi demi frustrasi, teriakan olok-olok dari penonton, dan saking buruknya, miskin insiden yang biasanya menjadi bumbu segar untuk pertandingan besar.

Memang ada sejumlah performa yang menarik dicatat, terutama dari kubu United. Ander Herrera beroperasi luar biasa di lini tengah seperti petugas patroli yang awas: mengantisipasi permainan lawan dengan baik, melakukan beberapa intersep urgen, dan berhasil melakukan 12 tekel, paling banyak di pertandingan tersebut. Ashley Young menunaikan tugas sebagai winger defensif dengan baik, sesuai dengan keinginan pelatih, melakukan enam tekel, maka bukan hal yang mengejutkan jika dia akan menjadi pemain reguler pada saat Mourinho ingin mematikan bek sayap lawan yang agresif. Eric Bailly terus tampil mengesankan dengan caranya membaca permainan musuh dan menyokong rekan beknya dengan sangat baik. Sementara Antonio Valencia berhasil melakukan tekel bersih menggagalkan peluang emas Roberto Firmino di saat-saat akhir. Dan David De Gea, melakukan dua penyelamatan luar biasa di babak kedua, menggagalkan sepakan Emre Can dan menepis tendangan gledek Philippe Coutinho yang mengarah ke pojok atas kiri gawangnya.

Fakta bahwa penampilan-penampilan bagus itu datangnya dari pemain bertahan, atau yang berperan defensif, tentu saja mewakili cerita keseluruhan dari pertandingan yang mustahil lengket di memori orang banyak ini, terutama permainan United.

Tapi Jose Mourinho, Anda tahu, selalu punya cara untuk menyalahkan segala sesuatu di luar dirinya. Dia bisa menyalahkan wasit, menyalahkan lawan, menyalahkan anak asuhnya, bahkan bisa menyalahkan papan pembatas lapangan.

"Kami menghentikan pemainan [menyeraang] mereka tapi mereka juga bermain baik dari kaca mata bertahan. Mereka memaikan [Emre] Can dan [Jordan] Henderson untuk alasan tertentu dan mereka melakukan itu selama 90 menit padahal normalnya mereka memasang lebih banyak pemain yang menyerang," kata Mourinho.

"Kiper kami [David de Gea] bahkan liburan selama 90 menit dan hanya melakukan dua penyelamatan penting."

Klasik, Mourinho.

Di satu sisi, boleh jadi klaimnya benar. Tapi pertandingan ini berjalan persis yang diinginkan Mourinho: Performa ofensif Liverpool musim ini begitu mengagumkan, mereka telah mencetak 9 gol di kandang dan menghancurkan dua tim besar, Arsenal dan Chelsea, pada saat tandang, dan tugas United adalah menumpulkan mereka pada dini hari kemarin, dan anak asuh Mourinho terbukti berhasil. Tentu saja, Mourinho ahlinya. Ia telah melakukannya di semua pertandingan tandangnya melawan klub-klub besar selama 12 tahun terakhir.

Anda boleh saja mempertanyakan cetak biru permainan menyerangnya, tapi Anda tak boleh sekali pun meragukan kemampuan Mourinho menyusun tembok-tembok pertahanan yang kokoh. Sepanjang menjadi pelatih, reputasi defensifnya gilang-gemilang.

Melawan tim besutan Jurgen Klopp yang impresif saat menyerang melakukan pressing tinggi, Mourinho menerapkan pendekatan yang cukup canggih. Strategi utamanya adalah memastikan tidak terperosok ke dalam kesulitan di area pertahanan sendiri, David de Gea selalu menendang bola jauh-jauh ke depan, dan dua bek tengah tidak perlu menguasai bola, terus saja membayang-bayangi dan mengganggu penyerang lawan dan menyapu bola tanpa basa-basi. Eric Bailly hanya mengumpan bola 14 kali, dan Chris Smalling 7—sedangkan duo bek tengah Liverpool, Dejan Lovren dan Joel Matip, masing-masing 92 dan 70. Bagai bumi dan langit.

Total penguasaan bola United malam itu hanya 35 persen, catatan terendah klub ini di Liga Primer sejak Opta mulai mengompilasi statistik tahun 2003. Tapi bagi Mourinho, masalahnya justru ada di Liverpool ketimbang timnya sendiri.

"Musim lalu United memenangkan pertandingan di tempat ini ketika Liverpool melepaskan 14 tembakan tepat sasaran dan United hanya satu," katanya. "Berapa banyak tembakan tepat sasaran yang dilesakkan Liverpool malam ini? Dua. Dua tembakan dengan 65 persen penguasaan bola, Anda harus kritis terhadap Liverpool. Itu masalah mereka, bukan masalah kami."

Liverpool musim ini adalah tim yang cekatan, licin, energik, dan enak ditonton. Sementara Manchester United tim yang lamban, hangat-hangat tahi ayam, dan seringkali bikin frustrasi. Secara keseluruhan, para pemain Liverpool berlari lebih jauh padaripada tim-tim lain, dan United paling sedikit berlari. Liverpool dan Jurgen Klopp tampak begitu menggairahkan, sementara United dan Jose Mourinho mulai agak basi. Dilihat dari perspektif ini, hasil seri tanpa gol tentu lebih memuaskan kubu Manchester daripada kubu Merseyside.

Sejak awal, United memang sengaja melambatkan tempo permainan, tujuannya untuk membuat frutrasi anak-anak Liverpool dan menunggu mereka melakukan kesalahan fatal—seperti yang dilakukan Mourinho bersama Chelsea tiga tahun yang lalu di Anfield ketika Liverpool yang masih diasuh Brendan Rodgers melakukan dua kesalahan fatal.

Selama setengah jam, pendekatan Mourinho bekerja dengan sempurna. Aliran bola diblok dari berbagai sisi sehingga permainan hanya berputar-putar. Tapi Liverpool versi Klopp tidak membuat kesalahan besar yang berujung gol, meski melakukan serangkaian eror—salah umpan, dan pelanggaran tidak perlu yang memungkinkan lawan mendapat tendangan bebas.

Setelah tiga puluh menit, secara bertahap Liverpool bisa kembali ke format permainannya, terutama setelah Adam Lallana masuk menggantikan Daniel Sturridge yang tampil mengecewakan. Dua peluang emas Liverpool didapatkan setelah Lallana masuk, meski tak sepenuhnya bisa memegang kendali.

"Saya tidak terlalu senang. Sejak detik pertama pertandingan ini sangat ketat dan mungkin itu yang Manchester United inginkan dan kami tidak ingin, mungkin lebih menguntungkan mereka." kata Klopp.

Dan Klopp pun mengakui, tidak menyalahkan siapa-siapa atas penampilan mereka yang membosankan dan mengecewakan. Ia sadar betul, seharusnya timnya bisa tampil lebih baik. Tapi demikianlah hasil akhirnya.

"Kabar baiknya malam ini kami mendapat satu poin dan clean sheet, tidak ada yang lain. Kami seharusnya tampil lebih baik dan kami harus tampil lebih baik lagi."

Baca juga artikel terkait MANCHESTER UNITED atau tulisan lainnya dari Arlian Buana

tirto.id - Olahraga
Reporter: Arlian Buana
Penulis: Arlian Buana
Editor: Arlian Buana