tirto.id - Presiden harapan dari Partai Republik Donald Trump diproyeksikan memenangkan pemilu di lebih dari selusin (12) negara bagian dalam perhitungan cepat sementara ini. Sementara Hillary Clinton dari Demokrat memenangkan sembilan negara bagian dan District of Columbia pada Selasa (8/11/2016) waktu setempat atau hari ini Rabu WIB.
Sampai dengan 9 November pukul 11.02 WIB, Trump unggul 201 suara elektoral sementara Clinton 190 suara elektoral, demikian USA Today.
Di negara-negara bagian yang menjadi medan perebutan suara, Trum berhasil unggul di Ohio dan Clinton mengklaim menang di Colorado dan Virginia.
Trump mengaku menang dalam perhitungan cepat di Missouri, Montana, Louisiana, Arkansas, Kansas, North Dakota, South Dakota, Texas, Wyoming, Alabama, Virginia Barat, Kentucky, Oklahoma, South Carolina, Tennessee dan Indiana.
Namun tren kemenangan Trump ini membuat cemas pasar keuangan dunia di seluruh dunia, Dow Jones jatuh sebanyak 500 poin.
Brad McMillan, kepala investasi di Commonwealth Financial Network, mengatakan kemenangan Trump akan memicu ketidakpastian dan memungkinkan penurunan harga saham pada esok hari Rabu waktu setempat.
Ketatnya perebutan suara antara calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan calon presiden AS dari Partai Demokrat Hillary Clinton membuat pelaku pasar sangat berhati-hati.
Di Eropa, seperti dikutip dari BBC, indeks FTSE 100 London, pasar saham di Paris serta Frankfurt membuat kenaikan kecil antara 0,2 dan 0,5 persen.
Analis mengatakan jumlah saham yang diperdagangkan lebih rendah dari normal. Hal ini menunjukkan bahwa investor masih belum yakin akan hasil dari pemilu AS ini. "Tahun 2016 merupakan tahun yang penuh kejutan. Jangan lupa pasar meletakkan taruhan mereka pada kemenangan kubu 'Remain' referendum Brexit dan mereka keliru," kata Nigel Green, Chief Executive Devere Group.
Kendati demikian, ia memperingatkan bahwa kemenangan Trump dapat memberikan "dua dampak negatif ganda" bagi pasar global karena sebagian besar dari pelaku pasar berharap Clinton memenangkan popular vote ini.